Poker uang asli, bolaasia, hokipoker, genjipoker, agen bola terpercaya, agen teraman, agen bola. Champion liga malam, team favorit, togel uang asli, bandar darat togel, sbobet uang asli, main sbo online, sbobet terpercaya, ibcbet terpercaya,
Hokipoker - Sebut saja namaku Rudi, Aku adalah mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas di Surabaya. Di kampus aku mempunyai seorang dosen yang cantik dan lembut. Namanya Bu Via. Berkenaan dengan Bu Via, ada sesuatu yang membuat kehidupanku lebih indah dan menyenangkan selama hampir tiga bulan ini

Bermula pada suatu siang ketika aku melakukan bimbingan suatu tugas akhir Di jurusanku sebelum masuk ke skripsi, seorang mahasiswa harus mengambil tugas akhir mengerjakan sebuah desain Bu Via adalah pembimbingku untuk tugas tersebut

Bimbingan berlangsung singkat saja, karena Bu Via ada tugas lain di luar kampus saat itu Ketika selesai, Bu Via bilang padaku agar datang ke rumahnya saja pada malam harinya untuk melanjutkan bimbingan Malamnya aku datang

Rumahnya ada di sebuah kompleks perumahan yang sepi dan tenang Bu Via sudah bercerai dari suaminya Ia berumur sekitar 37 tahun, dengan seorang anak yang masih bersekolah TK Meskipun sudah berumur 37 tahun, namun Bu Via masih kelihatan seperti baru lepas ABG saja Kulitnya putih, bersih dan segar

Bodinya langsing, meskipun tidak terlalu tinggi Pada kaki dan tangannya ditumbuhi bulu-bulu halus, tapi cukup lebat, yang kontras dengan kulitnya yang putih itu Saat itu merupakan liburan TK-SD dan anaknya sedang berlibur di rumah sepupunya yang seumur dengan dia

Aku dan Bu Via sebenarnya memang sudah cukup akrab Dia pernah menjadi dosen waliku dan beberapa kali aku pernah datang ke rumahnya, sehingga aku tidak canggung lagi Apalagi dalam banyak hal selera kami sama, misalnya soal selera musik Setelah bimbingan selesai, kami hanya mengobrol ringan saja Kemudian Bu Via minta tolong padaku

“Rud, slot lemari pakaian di kamarku rusak, bisa minta tolong diperbaiki?”, begitu katanya malam itu

Kemudian aku dibawa naik ke lantai dua, ke kamarnya Kamarnya wangi Penataan interiornya juga indah Kurasa wajar saja, sejak semula aku tahu ia punya selera yang bagus Itu pula yang membuat kami akrab, kami juga sering memperbincangkan soal-soal seperti itu, selain soal-soal yang berkaitan dengan kampus Aku tersenyum ketika melihat sebagian isi lemari pakaiannya

Lingerie-nya didominasi warna hitam Aku juga menyukai warna seperti itu Warna seperti itu sering pula kusarankan pada Kiki cewekku untuk dipakainya, karena dengan pakaian dalam seperti itu membuatku lebih bergairah Bu Via hanya tersenyum melihatku “terkesan” menyaksikan tumpukan lingerie-nya

Baca juga - Perawanku Hilang Dalam 2 Hari

Dengan serius kuperbaiki slot pintu lemarinya yang rusak Ia keluar meninggalkanku sendirian di kamarnya Sesaat kemudian pekerjaanku selesai Saat itu Bu Via masuk Tiba-tiba tanpa kusangka, ia melap peluh di dahiku dengan lembut. AC di kamarnya memang dimatikan, sehingga udara gerah

“Panas Rud? Biar AC-nya kuhidpkan”, begitu katanya sambil menghidupkan AC

Saat kekagetanku belum hilang, ia kembali melap keringat di dahiku Dan kali ini bahkan dengan lembut ia mendekatkan wajahnya ke wajahku Segera aku menyambar aroma wangi dari tubuhnya hingga membuat jantungku berdetak tidak seperti biasanya

Bahkan kemudian ia melanjutkan membuat detak jantungku semakin kencang dengan mendekatkan bibirnya ke bibirku Sesaat kemudian kusadari bibirnya dengan lembut telah melumat bibirku Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku dan semakin dalam pula aroma wangi tubuhnya terhirup napasku, yang bersama tindakannya melumat bibirku, kemudian mengalir dalam urat darahku sebagai sebuah sensasi yang indah

Ia terus melumat bibirku Lalu tangannya pelan-pelan membuka satu persatu kancing kemejaku Saat itu aku mulai mampu menguasai diriku Maka dengan pelan-pelan pula kubuka kancing blusnya Setelah kemejaku lepas, ia menarik resliting jeansku Begitu pula yang kulakukan dnegan roknya, kutarik resliting yang mengunci rokya Kemudian ia melepaskan bibirnya dari bibirku dan membuka matanya

Saat itu aku terbelalak melihat keindahan yang ada di depan mata Payudaranya sedang-sedang saja, tapi indah dan terlihat kencang dibungkus bra hitam bepotongan pendek berenda yang membuat barang indah itu tampak semakin indah

Payudaranya seolah “hanging wall” yang mengundang seorang climber untuk menaklukkannya dengan hasrat yang paling liar Dan menengok ke bawah, aku semakin dibuat terkesan serta jantungku juga semakin berdetak kencang

Di balik celana dalam dengan potongan yang pendek yang juga berwarna hitam berenda yang indah, tersembul bukit venus yang menggairahkan Di tepi renda celana itu, tampak rambut yang menyembul indah melengkapi keindahan yang sudah ada

Kulihat Bu Via juga tersenyum menatap lonjoran tegang di balik celana dalamku Tangannya yang lembut mengelus pelan lonjoran itu Sensasi yang menjelajahi aliran darahku kemudian menggerakkan tanganku mengelus bukit venusnya Ia tampak memejam sesaat dengan erangan yang pelan ketika tanganku menyentuh daging kecil di tengah bukit venus itu

Ia kemudian melanjutkan tindakannya melumat bibirku dengan lembut Bibirnya yang lembut serta napasnya yang wangi kembali membuatku dialiri sensasi yang memabukkan Ia rupanya memang sabar dan tidak terburu-buru dengan libido nya untuk segera menuju ke puncak kenikmatan

Bibirnya kemudian ia lepaskan dari bibirku dan ia menyelusuri leherku dengan bibirnya Napasnya membelai kulit leherku sehingga terasa geli namun nikmat Kadang-kadang ia mengginggit leherku namun rupanya ia tidak ingin meninggalkan bekas Ia tahu bahwa aku punya pacar, karena belum lama, Kiki kuperkenalkan padanya saat kami bertemu di sebuah toko buku

Ia kemudian turun ke dadaku dan mempermainkan puting susuku dengan mulutnya, yang membuat aliran darahku dialiri perasaan geli tapi nikmat Semakin ke bawah ia diam sesaat menatap batang yang tersembunyi di balik celana dalamku, yang waktu itu juga berwarna hitam

Sesaat ia mempermainkannya dari luar Ia kemudian dengan lembut menarik celana dalamku Ia tersenyum ketika menyaksikan penisku yang tegak dan kencang, seperti mercu suar yang siap memandu pelayaran gairah libido kewanitaannya

Dengan lembut ia kemudian mengulum penisku Maka aliran hangat yang bermula dari permukaan syaraf penisku pelan-pelan menyusuri aliran darah menuju ke otakku Aku serasa diterbangkan ke awan pada ketinggian tak terukur Bu Via terus mempermainkan lonjoran daging kenyal penisku itu dengan kelembutan yang menerbangkanku ke awang-awang

Caranya mempermainkan barang kejantananku itu sangat berbeda dengan Kiki cewekku Kiki melakukannya dengan ganas dan panas, sedangkan Bu Via sangat lembut seolah tak ingin melewatkan seluruh bagian syaraf yang ada di situ Cukup lama Bu Via melakukan itu

Ketika perjalananku ke awang-awang kurasakan cukup, kutarik penisku dari dekapan mulut lembutnya Giliran aku yang ingin membuat dia terbang ke awang awang Maka kubuka bra yang menutupi payudara indahnya Semakin terperangahlah aku dengan keindahan yang ada di depan mataku

Di depanku bediri dengan tegak bukit kembar yang indah sekaligus menggairahkan Di sekitar puncak bukit itu, di sekitar putingnya yang merah kecoklatan, tumbuh bulu-bulu halus Menambah keindahan buah dadnya Tapi aku tidak memulainya dari situ Aku hanya mengelus putingnya sebentar Itupun aku sudah menangkap desah halus yang keluar dari bibir indahnya

Kumulai dari lehernya Kulit lehernya yang halus licin seperti porselen dan wangi kususuri dengan bibirku yang hangat Ia mendesah terpatah-patah Apalagi ketika tanganku tak kubiarkan menganggur Jari-jariku memijit lembut bukit kenyal di dadanya dan kadang-kadang kupelintir pelan puting merah kecoklat-coklatan yang tumbuh matang di ujung buah dadanya itu

Kurasakan semakin lama puting itu pun semakin keras dan kencang Setelah puas menyusuri lehernya, aku turun ke dadanya Dan segera kulahap puting yang menonjol merah coklat itu Ia menjerit pelan Tapi tak kubiarkan jeritannya berhenti

Kusedot puting itu dengan lembut Ya, dengan libido yg lembut karena aku yakin gaya seperti itulah yang diinginkan orang seperti Bu Via Mulutku seperti lebah yang menghisap kemudian terbang berpindah ke buah dada satunya Tapi tak kubirakan buah dada yang tidak kunikmati dengan mulutku, tak tergarap Maka tangankulah yang melakukannya Kulakukan itu berganti-ganti dari buah dada satu ke buah dadanya yang lain

Setelah puas aku turun bukit dan kususuri setiap jengkal kulit wanginya Dan saat aku semakin turun kucium aroma yang khas dari barang pribadi seorang perempuan Aroma dari vaginanya Semakin besarlah gairah libido yang mengalir ke otakku Tapi aku tidak ingin langsung menuju ke sasaran

Cara Bu Via membuatku melayang rupanya mempengaruhiku untuk tenang, sabar dan pelan-pelan juga membawanya naik ke awang-awang Maka dari luar celana dalamnya, kunikmati lekuk bukit dan danau yang ada di situ dengan lidah, bibir dan kadang-kadang jari-jemariku Kusedot dengan nikmat bau khas libido yang keluar dari sumur yang ada di situ

Setelah cukup puas, baru kutarik celana dalamnya pelan-pelan Aku tersentak menyaksikan apa yang kulihat Bukit venus yang indah itu ditumbuhi rambut yang lebat Tapi terkesan bahwa yang ada di situ terawat Meski lebat, rambut yang tumbuh di situ tidak acak-acakan tapi merunduk indah mengikuti kontur bukit venus itu Walaupun aku pernah membayangkan apa yang tumbuh di situ, tapi aku tidak mengira seindah itu

Ya, aku dan teman-temanku sering bergurau begini saat melihat Bu Via: jika rambut di tempat yang terbuka saja subur, apalagi rambut di tempat yang tersembunyi Dan ternyata aku bisa membuktikan gurauan itu Ternyata rambut di tempat itu memang luar biasa

Bahkan aku yang semula berpikir rambut yang menghiasai vagina Kiki luar biasa karena subur dan indah, kemudian menerima kenyataan bahwa ada yang lebih indah, yaitu milik Bu Via ini Dari samping keadaan itu seperti taman gantung yang terawat saja.

Segera berkelebat pikiran dalam otakku, betapa menyenangkannya tersesat di hutan teduh dan indah itu Maka aku segera menenggelamkan diri di tempat itu, di hutan itu Lidahku segera menyusuri taman indah itu dan kemudian melanjutkannya pada sumur di bawahnya Maka Bu Via menjerit kecil ketika lidahku menancap di lubang sumur itu

Di lubang vaginanya Bau khas vagina yang keluar dari lubang itu semakin melambungkan gairah libido ku Dan jeritan kecil itu kemudian di susul jeritan dan erangan patah-patah yang terus menerus serta gerakan-gerakan serupa cacing kepanasan Dan kurasa ia memang kepanasan oleh gairah libido yang membakarnya

Aku menikmati jeritan libido itu sebagai sensasi lain yang membuatku semakin bergairah pula menguras kenikmatan di lubang sumur vaginanya Lendir hangat khas yang keluar dari dinding vaginanya terasa hangat pula di lidahku Kadang-kadang kutancapkan pula lidahku di tonjolan kecil di atas lubang vaginanya Di klitorisnya Maka semakin santerlah erangan-erangan libido Bu Via yang mengikuti gerakan-gerakan menggelinjang Demikian kulakukan hal itu sekian lama

Kemudian pada suatu saat ia berusaha membebaskan vaginanya dari sergapan mulutku Ia menarik sebuah bangku rias kecil yang tadi menjadi ganjal kakinya untuk mengangkang Aku dimintanya duduk di bangku itu Begitu aku duduk, ia kembali memagut penisku dengan mulutnya secara lembut Tapi itu tidak lama, karena ia kemudian memegang penisku yang sudah tidak sabar mencari pasangannya itu

Bu Via membimbing daging kenyal yang melonjor tegang dan keras itu masuk ke dalam vaginanya dan ia duduk di atas pangkuanku Maka begitu penisku amblas ke dalam vaginanya, terdengar jeritan kecil yang menandai kenikmatan yang ia dapatkan.

Aku juga merasakan kehangatan mengalir mulai ujung penisku dan mengalir ke setiap aliran darah Ia memegangi pundakku dan menggerakkan pinggulnya yang indah dengan gerakan serupa spiral Naik turun dan memutar dengan pelan tapi bertenaga

Suara gesekan pemukaan penisku dengan selaput lendir vaginanya menimbulkan suara kerenyit-kerenyit yang indah sehingga menimbukan sensasi tambahan ke otakku Demikian juga dengan gesekan rambut kemaluannya yang lebat dengan rambut kemaluanku yang juga lebat

Suara-suara erangan dan desahan napasnya yang terpatah-patah, suara gesekan penis dan selaput lendir vaginanya serta suara gesekan rambut kemaluan kami berbaur dengan suara lagu mistis Sarah Brightman dari CD yang diputarnya

Barangkali ia memang sengaja ingin mengiringi permainan cinta kami dengan lagu-lagu seperti itu Ia tahu aku menyukai musik demikian Dan memang terasa luar biasa indah, pada suasana seperti itu Apalagi lampu di kamar itu juga remang-remang setelah Bu Via tadi mematikan lampu yang terang

Dengan suasana seperti itu, rasanya aku tidak ingin membiarkan setiap hal yang menimbulkan kenikmatan menjadi sia-sia Maka aku tidak membiarkan payudaranya yang ikut bergerak sesuai dengan gerakan tubuhnya menggodaku begitu saja Kulahap buah dadanya itu Semakin lengkaplah jeritannya

Matanya yang terpejam kadang-kadang terbuka dan tampak sorot mata yang aku hapal seperti sorot yang keluar dari mata Kiki saat bercinta denganku Sorot matanya seperti itu Sorot mata nikmat yang membungkus perasaan libido nya. Sekian lama kemudian ia menjerit panjang sambil meracau

“Ah Aku Aku orgasme, Rud!”

Sesaat ia terdiam sambil menengadahkan wajahnya ke atas, tapi matanya masih terpejam Kemudian ia melanjutkan gerakannya Barangkali ia ingin mengulanginya dan aku tidak keberatan karena aku sama sekali belum merasakan akan sampai ke puncak kenikmatan itu

Sebisa mungkin aku juga menggoyangkan pinggulku agar dia merasakan kenikmatan yang maksimal Jika tanganku tidak aktif di buah dadanya, kususupkan di selangkangannya dan mencari daging kecil di atas lubang vaginanya, yang dipenuhi oleh penisku

Meskipun Bu via seorang janda dan sudah punya anak, aku merasa lubang vaginanya, seperti seorang ABG saja Tetap rapat dan singset Otot vaginanya seakan mencengkeram dengan kuat otot penisku Maka gerakan pinggulnya untuk menaik turunkan bukit venus vaginanya menimbulkan kenikmatan libido yang luar biasa Dan sejauh ini aku tidak merasakan tanda-tanda lahar panasku akan meledak

Bu Via memang luar biasa, ia seperti tahu menjaga tempo permainannya agar aku bisa mengikuti caranya bermain Ia seperti tahu menjaga tempo agar aku tidak cepat-cepat meledak Memang sama sekali tidak ada gerakan liar

Yang dilakukannya adalah gerakan-gerakan lembut, tapi justru menimbulkan kenikmatan yang luar biasa, terutama karena aku jarang bercinta dengan perempuan lembut seperti itu Sekian lama kemudian aku mendengar lagi ia meracau

“Ah Ah Ini yang kedua Rud, aku orgasme Uhh!” Di susul jeritan panjang melepas kenikmatan itu

Tapi kemudian ia memintaku mengangkatnya ke ranjang, tanpa melepaskan penisku yang masih menancap di lubang vaginanya Ia memintaku menidurkannya di ranjang tapi tak ingin melepaskan vaginanya dari penisku, yang sejauh ini seperti mendekap sangat erat Kulakukan pemintaannya itu Maka begitu ia telentang di ranjang, aku masih ada di atasnya Penisku pun masih masuk penuh di dalam vaginanya

Kami melanjutkan permainan cinta yang lembut tapi panas dengan libido itu. Kini aku berada di atas, maka aku lebih bebas bermanuver Maka dengan gerakan seperti yang sering kulakukan jika aku berhubungan seks dengan Kiki, cepat dan bertenaga, kulakukan juga hal itu pada Bu Via Tapi sesaat kemudian ia berbisik dengan mata yang masih terpejam

“Pelan-pelan saja, Rud Aku masih ingin orgasme”

Aku tersadar apa yang telah kulakukan Maka kini gerakanku pelan dan lembut seperti permintaan Bu Via Kini erangan dan desahan patah-patahnya kembali terdengar Ia menarik punggungku agar aku lebih dekat ke badannya Aku maklum Tentu ia ingin mendapatkan kenikmatan yang maksimal dari gesekan-gesekan bagian tubuh kami yang lain

Dan Bu Via memang benar, begitu dadaku bergesekan dengan buah dadanya, semakin besarlah sensasi kenikmatan yang kudapat Kurasa demikian juga dengannya, karena jeritannya berubah semakin santer Apalagi saat aku juga melumat bibir merahnya yang menganga, seperti bibir vaginanya sebelum aku menusukkan penisku di situ

Meskipun jeritannya agak bekurang karena kini mulutnya sibuk saling melumat bersama mulutku, tapi aku semakin sering mendengar ia mengerang dan terengah-engah kenikmatan Hingga beberapa saat kemudian aku mendengar ia meracau seperti sebelumnya

“Aku Ah Aku Uh Yang ketiga Aku orgasme, Rud Ahh”

Setelah jeritan panjang itu, matanya terbuka Tampak sorot matanya puas dan gembira Kemudian ia berbisik terengah-engah

“Aku Aku Sudah cukup, Rud Saatnya untuk kamu”

Aku tahu yang dia maksudkan, maka kemudian pelan-pelan semakin kugenjot gerakanku dengan libido dan semakin bertenaga pula Ia kini membiarkanku melakukan itu Kurasa Bu Via memang sudah puas mendapatkan orgasme sampai tiga kali Sekian lama kemudian kurasakan lahar panasku ingin meledak

Penisku berdenyut-denyut enak, menandai bahwa sebentar lagi akan ada ledakan dahsyat libido yang akan melambungkanku ke awang-awang Maka aku berusaha menarik penisku dari lubang vaginanya yang nikmat itu Tapi Bu Via menahan penisku dengan tangan lembutnya

“Biarkan. Biarkan Saja di vaginaku, Rud Aku ingin merasakan sensasi cairan hangat itu Di vaginaku Uhh Uhh”

Maka ketika lahar panas dari penisku benar-benar meledak, kubiarkan ia mengendap di sumur vagina milik Bu Via, dengan diiringi teriakan nikmat libido ku. Setelah itu, Bu Via memintaku untuk tetap berada di atas tubuhnya barang sesaat

Dengan lembut ia menciumi bibirku dan tangannya mengusap-usap puting susuku Aku juga melakukan hal yang sama dengan mengusap-usap buah dadanya yang saat itu basah karena keringat Dan memang sensasi libido yang kurasakan luar biasa

Cooling down yang diinginkan Bu Via itu membuatku merasa seakan-akan aku sudah sangat dekat dengan Bu Via Aku merasa ia seperti kekasihku yang sudah sering dan sangat lama bermain cinta bersama Aku merasa sangat dekat Maka begitu aku merasa sudah cukup, aku menarik penisku yang sebenarnya masih sedikit tegang dari lubang vaginanya

Tampak air muka Bu Via sedikit kacau Wajahnya berkeringat dan anak rambutnya satu dua menempel di dahinya Kami kemudian pergi ke kamar mandi pribadinya di kamar itu Kamar mandinya juga wangi Sambil bergurau, aku menggodanya

“Ibu Justru kelihatan cantik setelah bercinta” Ia hanya tertawa mendengar gurauanku
“Memang setelah bercinta denganmu tadi, seluruh pori-poriku seperti terbuka Aku sedikit capai tapi merasa segar”, jawabnya dengan berbinar-binar

Ia tampaknya memang puas dengan permainan cinta kami Di bawah shower, kami membersihkan diri dengan mandi bersama-sama Kadang-kadang kami saling membersihkan satu sama lain Ia membersihkan penisku dengan sabun dan aku membersihkan sekitar vaginanya juga Ia tertawa geli saat aku dengan halus mengusap-usap vaginanya dan rambut kemaluannya yang lebat itu

Setelah itu, kami duduk-duduk saja di sofa di depan TV Kami menonton TV, sambil mengobrol dan menikmati kopi panas yang ia buat Tapi ia masih membiarkan pemutar CD-nya hidup Kali ini suara Deep Forest yang juga mistis mengisi suasana ruangan itu

“Kamu tadi luar biasa, Rud ” katanya memujiku
“Meskipun masih muda, kamu bisa bercinta dengan sabar Aku sampai mendapat orgasme tiga kali” Ia tersenyum Matanya berbinar-binar
“Ah, itu juga karena Ibu. Gerakan Ibu yang sabar dan lembut membuat saya juga terpengaruh ”

Kami mengobrol sampai malam

Ia kemudian berkata, “Menginap di sini saja, Rud Ini sudah malam Besok pagi-pagi sekali kamu bisa pulang ” Setelah berpikir sejenak aku mengiyakan sarannya

“Kalau begitu masukkan saja motormu di garasi” katanya sambil memberikan kunci garasi

Maka aku turun untuk memasukkan motor ku ke garasi seperti yang di sarankan Bu Via Ketika aku naik kembali ke atas, ia sudah berganti pakaian dengan gaun tidur terusan yang tipis dan halus, sehingga potongan tubuhnya tampak

“Kopinya tambah lagi, Rud?” tanyanya

Aku mengiyakan saja Saat ia meraih cangkir kopi di meja, aku menangkap pemandangan indah di balik pakaiannya yang tali pinggangnya tidak diikat dengan ketat Ia tidak memakai bra-nya, sehingga buah dadanya yang tadi kunikmati, tampak dengan jelas

Mulus dan indah Pemandangan itu membuat aliran darahku berdesir kembali Apalagi saat aku mencium aroma parfum dari tubuhnya, lembut dan menggairahkan Beda dengan aroma yang dia pakai sebelum kami berhubungan seks tadi

Sesaat kemudian ia telah kembali sambil membawa dua cangkir kopi Tali pinggang pakaiannya yang semakin longgar membuat pemandangan indah di baliknya semakin tampak Apalagi saat ia duduk, pakaiannya yang tersingkap menampakkan paha putih mulusnya, yang ditumbuhi bulu-bulu halus Serta sedikit bukit venus yang di pinggir celana dalamnya tersembul rambut yang menggairahkan Kami kembali mengobrol

Ia kemudian menatapku lama, sambil bertanya,

“Kau tidak capek, Rud?”
“Tidak”, jawabku

Sekali lagi ia menatapku lama lalu tangannya merangkul leherku dan sesaat kemudian ia telah melumat bibirku kembali dengan lembut Kali ini tanganku segera meraba buah dada di balik pakaiannya yang longgar yang sejak tadi sudah menggodaku Ia masih melumat bibirku saat tangannya pelan-pelan membuka kancing kemejaku dan kemudian melanjutkannya dengan menarik resliting celanaku

Begitu aku tinggal mengenakan celana dalam, ia juga melepas gaun tidurnya Tinggallah kami berdua hanya memakai celana dalam Kemudian aku menyambar buah dadanya Maka semakin lama, seiring dengan jeritan kecilnya yang terpatah-patah, buah dadanya semakin kenyal dan mengeras Ia menarik payudaranya dari mulutku Kemudian tangannya menarik celana dalamku Sejenak kemudian ia telah mengulum penisku yang sejak tadi juga sudah tegang dan keras Tapi yang dilakukannya tidak lama

Ia memintaku untuk tidur telentang di sofa Lalu ia melepas celana dalamnya dan telungkup di atasku Ia membelakangiku Vaginanya yang sudah mulai basah berlendir dan kelihatan merah didekatkannya di atas mulutku Sedangkan ia segera menangkap penisku yang berdiri tegak dan mengulumnya.

Maka kami bedua saling mengulum, saling menjilati dan saling menyedot Kadang-kadang ia berhenti melakukan aksinya Barangkali karena ia lebih dikuasai oleh perasaan nikmat karena lubang vaginanya yang merah segar serta klitorisnya kupermainkan dengan mulut dan lidahku Ia mendesah mengerang terpatah-patah

Setelah ia puas dan ingin segera memulai aksi puncak, ia menggeser pinggulnya menjauh dari mulutku, menuju penisku yang semakin lama kurasakan semakin keras Tangannya menangkap penisku dan membimbingnya memasuki vaginanya Dengan masih membelakangiku, ia menggoyang pinggulnya dengan lembut Tapi sesaat kemudian, ia berbalik menghadapku

Gerakannya saat ia berbalik menimbukan gesekan pada penisku yang luar biasa Membuat sensasi yang semakin nikmat Maka dengan menghadapku ia melanjutkan gerakan spiral pinggulnya tetap dengan halus Naik turun, maju mundur dan memutar Aku juga berusaha menggerakkan pinggulku agar menimbulkan sensasi yang lebih nikmat Maka semakin santerlah erangan dan desahan dari mulutnya yang terbuka, sambil matanya terpejam

Suara-suara itu beriringan dengan lagu Deep Forest dari CD yang terus mengalun mistis Tanganku yang semula memegangi pinggulnya di bawanya naik ke atas agar mempermainkan buah dadanya yang bergoyang-goyang mengikuti gerakan pinggulnya Maka kemudian tanganku mempermainkan buah dadanya itu Kuelus dan kupelintir kedua putingnya yang coklat kemerahan Sekian lama kemudian ia menjerit sambil meracau

“Uhh Uhh Aku orgasme Aku orgasme, Rud Ah Ahh ”

Setelah ia menjerit panjang menandai orgasmenya, ia membuka mata Kemudian ia tidur menelungkup dengan beralaskan bantal sofa, dengan kedua kaki mengangkang terbuka, sehingga belahan vaginanya yang indah, merah dan basah berlendir tampak sangat menggairahkan Ia memintaku juga untuk menelungkup di atasnya

Dengan kedua tanganku yang memegangi kedua buah dadanya sekaligus sebagai penahan berat badanku, aku menelungkup di atasnya Dan kusodokkan dengan lembut penisku yang masih tegang dan keras ke lubang vaginanya dari arah belakang Kini aku yang harus lebih aktif, maka kugerakkan pinggulku maju mundur, naik turun

Bu Via masih terus mengerang dan mendesah terpatah-patah dengan mata yang terpejam Tanganku juga tetap aktif mempermainkan buah dada dan puting susunya Sedangkan mulutku kupakai untuk menelusuri lehernya yang jenjang dan halus Sekian lama kemudian terasa lahar panasku akan meledak

“Uhh Ahh sebentar lagi Sebentar lagi hampir !”, kataku terbata-bata
“Uhh Uhh Aku juga, Rud Jangan kau cabut penismu Kita sama-sama Ahh Ahh”

Sesaat kemudian kami sama-sama menjerit kecil, menandai puncak kenikmatan yang kami capai bersamaan Seperti sebelumnya, Bu Via memintaku tidak segera mencabut penisku Matanya masih terpejam, tapi wajahnya tersenyum Aku juga masih mempermainkan buah dadanya dengan lembut Ia dengan lembut berkata

“Aku bahagia sekali malam ini, Rud ”, yang kemudian kujawab dengan kalimat yang sama

Ia kemudian memintaku mencabut penisku dari lubang vaginanya Lalu ia telentang dan mencium bibirku dengan lembut Ia seterusnya meneguk kopi yang sudah mulai dingin Tampak bahwa ia kehausan setelah permainan seks yang indah itu

Dengan masih bertelanjang bulat, ia berjalan ke luar ruangan itu dan sesaat kemudian membawa sebuah lap dan semprotan air untuk membersihkan spermaku dan lendir vaginanya yang tumpah di atas sofa Aku membantunya membersihkan noda itu

Setelah itu, seperti seorang remaja yang sedang jatuh cinta, ia menuntunku menuju kamar mandi pribadinya untuk bersama-sama membersihkan diri Karena kecapaian dan memang sudah cukup malam, kami kemudian memutuskan untuk tidur Saat aku kebingungan karena aku memakai jeans dan kemeja yang tentu saja tidak nyaman, Bu Via menyarankanku untuk tidur dengan celana dalam saja

“Sudah, pakai celana dalam saja, biar suhu AC-nya kuminimalkan”, demikian katanya

Aku menyetujuinya Ia memintaku tidur di ranjangnya Kulihat Bu Via juga hanya memakai gaun tidur halus dan tipis saja serta celana dalam tanpa mengenakan bra

“Aku memang biasa begini, Rud Rasanya lebih nyaman dan bebas bernapas”, katanya

Di balik selimut, Bu Via memelukku dan menyandarkan wajahnya di dadaku Maka aku tersenyum saja saat buah dadanya yang hangat dan lembut, yang menyembul keluar dari gaun tidurnya yang tidak ditalikan dengan erat, sering terasa bergesekan dengan dadaku Demikian juga dengan Bu Via

Esoknya, pagi-pagi sekali HP-ku sudah berbunyi Kiki menghubungiku Memang begitu kebiasaannya, yang membuatku sering jengkel Tapi jika kutegur, ia hanya akan tertawa-tawa saja Kangen katanya Begitu aku selesai bicara, Bu Via bertanya

“Siapa, Rud? Pacarmu, ya?”

Ia hanya tersenyum ketika aku mengiyakan pertanyaannya Kemudian ia bangkit dari ranjang Tali gaun tidurnya yang terlepas memperlihatkan payudaranya yang mulus putih, serta bukit venusnya yang menonjol indah mengundang gairah Ia membenahinya dengan tenang, sambil tersenyum melihatku terpana melihat pemandangan itu

Kemudian ia ke kamar mandi Segera terdengar suara yang mendesis, mengalahkan suara kran yang mengalir lambat Bu Via sedang pipis rupanya Mendengar suara seperti itu timbul gairahku Sesaat kemudian ia keluar dari kamar mandi Kemudian ia berbisik kepadaku

“Kau tidak ingin mengulang kenikmatan libido semalam, Rud?” Aku tersenyum memahami yang ia maksudkan
“Sebentar, Bu ”, jawabku sambil menuju ke kamar mandi, karena ingin kencing

Setelah itu kami mengulangi percintaan kami semalam Badanku yang segar karena tidur yang nyenyak semalam, membuatku bersemangat melayani gairah libido Bu Via yang juga tampak segar Aku merasakan vaginanya lebih hangat dan justru beraroma lebih menggairahkan pada pagi setelah bangun tidur seperti itu Dan bau badannya juga lebih natural

Kami bercinta sampai Bu Via mendapat orgasme tiga kali Jadi selama bercinta denganku, Bu Via menikmati orgasme sebanyak delapan kali Maka siangnya, ketika aku bertemu dengannya di kampus ia tampak sangat gembira Wajahnya berbinar dan kelihatan sangat bergairah menjalani aktivitasnya hari itu

Begitulah, kini hampir setiap akhir pekan aku selalu mendapat SMS dari Bu Via yang bunyinya begini: “Kau tidak sibuk malam nanti kan, Rud? Bisa datang ke rumah?” Maka setiap mendapat SMS seperti itu segera selalu terbayang sesuatu yang menyenangkan yang akan kami lakukan bersama

Setiap akhir pekan anaknya selalu bermalam di rumah sepupunya di luar kota sehingga Bu Via sendirian di rumah Dan pembantunya juga pulang karena hanya datang pada siang hari saja Setiap aku mendapat SMS itu, aku juga segera menghapusnya agar tidak terbaca oleh Kiki Di kampus aku juga berusaha bersikap biasa saja dengan Bu Via

Ia dosen yang baik dan dihormati oleh semua orang di kampus Aku sedikitpun tidak ingin merusak citranya Dan ia pun seorang yang professional, meskipun di luar kami sering bercinta dengan libido, ia tetap menghargaiku sebagai mahasiswanya dan ia tetap membimbing tugasku dengan serius Sesuatu yang sangat aku sukai

Bercinta dengannya bukan sekedar mendapat kepuasan libido, aku merasakan sesuatu yang lain. Entah apa itu.


Poker uang asli, bolaasia, hokipoker, genjipoker, agen bola terpercaya, agen teraman, agen bola. Champion liga malam, team favorit, togel uang asli, bandar darat togel, sbobet uang asli, main sbo online, sbobet terpercaya, ibcbet terpercaya,

Hokipoker - Bu Via Sengaja Mengajakku Bercinta Dengannya

Poker uang asli, bolaasia, hokipoker, genjipoker, agen bola terpercaya, agen teraman, agen bola. Champion liga malam, team favorit, togel uang asli, bandar darat togel, sbobet uang asli, main sbo online, sbobet terpercaya, ibcbet terpercaya,

Hokipoker - Perkenalkan nama panggilanku Maya. Aku baru berusia 18 tahun (SMA kelas III). Tinggiku lumayan sekitar 168 cm dan warna kulitku kuning bersih. Rambutku pendek sebahu, dan dadaku tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga.

Sangat proporsional antara tinggi dan berat badanku. Kata orang-orang aku sangat cocok untuk seorang model. Dan aku belum mempunyai pacar. Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan semua perempuan. Kakak-kakakku semua sudah mempunyai pacar, kecuali adikku yang paling kecil kelas dua SMP.

Pengalaman ini terjadi sekitar awal bulan Feb 2001. Pengalaman ini tidak kukarang sendiri tapi berdasarkan cerita asli yang kualami di tahun 2001 ini. Ceritanya begini. Bermula saat aku berkenalan dengan seorang cowok, sebut saja namanya Muki. Orangnya tampan, tinggi sekitar 170 cm, dan tubuhnya atletis. Pokoknya sesuai dengan pria idamanku.

Perbedaan umur kami sekitar 8 tahun, dan dia baru saja lulus dari universitas swasta terkenal di kota Jakarta. Kami kenalan pada saat aku sedang mempersiapkan acara untuk perpisahan kelas 3 di SMA-ku. SMAku di kawasan Jakarta Barat. Dan pada saat itu Muki sedang menemani adiknya yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Pada saat itu Muki hanya melihat-lihat persiapan kami dan duduk di ruangan sebelah.

Akhirnya pada saat istirahat siang, inilah pertama kalinya kami ngobrol-ngobrol. Dan pada saat kenalan tersebut kami sempat menukar nomor telepon rumah. Kira -kira tiga hari kemudian, Muki menelepon ke rumahku.

“Hallo selamat sore, bisa bicara dengan Maya, ini dari Muki.”
“Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa.”
“Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, May ada acara nggak malam minggu ini.”

Aku sempat kaget Muki mengajakku keluar malam minggu ini. Padahal baru beberapa hari ini kenalan tapi dia sudah berani mengajakku keluar. Ah, biarlah, cowok ini memang idamanku kok.

“Hmmm… belum tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada,” jawabku.
“Kenapa bisa begitu,” balas Muki.
“Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya kamu ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon kamu lagi,” balasku lagi.
“Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu.”

Kemudian aku memberikan alamat rumahku di kawasan Maruya. Dan ternyata rumah Muki tidak begitu jauh dari rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta, segala sesuatunya dihitung dengan waktu bukan jarak.

Tepat hari sabtu sore, Muki datang dengan kendaraan dan parkir tepat di depan rumahku. Setelah tiga puluh menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan pamitan dengan orang rumah, akhirnya kami meninggalkan rumah dan belum tahu mau menuju ke mana. Di dalam mobil kami berdua, ngobrol sambil ketawa-ketawa dan tiba-tiba Muki menghentikan mobilnya tepat di lapangan tenis yang ada di kawasan Jakarta Barat.

“May, kamu cantik sekali hari ini, boleh aku mencium kamu,” bisik Muki mesra.
“Muk, apa kita baru aja kenalan, dan kamu belum tau siapa aku dan aku belum tau siapa kamu sebenarnya, jangan-jangan kamu sudah punya pacar.”
“Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku.”
“Muk, terus terang semenjak pertama kali melihat kamu aku langsung tertarik.”

Tiba-tiba tangan Muki memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat.”Aku juga May, begitu melihat kamu langsung tertarik.”

Dan Muki menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Muki memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku. Aku merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Muki sudah ada di depan mataku. Dan pelan-pelan Muki mencium bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena inilah pertama kali aku dicium seorang laki-laki. Dan tanpa pikir panjang lagi, aku yang langsung menarik badan Muki dan mencium bibirnya. Ciuman Muki sepertinya sudah ahli sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. betapa nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Muki mulai meraba sekitar dadaku.

“Jangan Muk, aku tidak mau secepat ini, lagi pula kita melakukannya di depan jalan, aku malu Muk,” jawabku.
Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh Muki karena aku sudah mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.
“May, bagaimana kalau kita nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok.”

Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Muki sepertinya sudah sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan begitu film diputar, Muki langsung melumat bibirku yang tipis. Lidah kami saling beradu dan aku membiarkan tangan Muki meraba di sekitar dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju.

Tiba-tiba Muki membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu membuat nafsuku naik.”

“Aku juga Muk,” balasku manja.

Dan Muki menarik tanganku dan mengarahkan tanganku ke arah penisnya. “Astaga,” pikirku. Ternyata diluar dugaanku, penis Muki sudah sangat tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali ini.

“Teruskan may, remas yang kuat dan lebih kuat lagi.” Tak lama kemudian, tangan Muki sudah berhasil membuka bajuku. Kebetulan saat itu aku memakai kemeja kancing depan. Sehingga tidak terlalu susah untuk membukanya. Kebetulan aku memakai BH yang dibuka dari depan.

Akhirnya tangan Muki berhasil meremas susuku yang baru pertama kali ini dipegang oleh seseorang yang baru kukenal. Muki meremasnya dengan lembut sekali dan sekali-kali Muki memegang puting susuku yang sudah keras. “Teruskan Muk, aku enak sekali..” Dan tanpa sengaja aku pun sudah membuka reitsleting celananya, yang pada saat itu memakai celana kain. “Astaga,” pikirku sekali lagi, tanganku dibimbing Muki untuk memasuki celana dalam yang dipakainya. Dan sesaat kemudian aku sudah meremas-remas penis Muki yang sangat besar. Kami saling menikmati keadaan di bioskop waktu itu. “Teruskan Muk, aku enak sekali..” Tidak terasa film yang kami tonton berlalu dengan cepat. Dan akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa.

“Kita langsung pulang ya May sudah malam,” pinta Muki.
“Muk, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kita keliling-keliling dulu ya.” bisikku mesra.

Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali mengulang apa yang sudah kami lakukan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan pada Muki. Mudah-mudahan Muki mengerti apa yang kuinginkan.

“Ya, sudah kita jalan-jalan ke senayan aja, sambil ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga,” balas Muki dengan nada gembira.

Sampai di senayan, Muki memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon yang jauh dari mobil lainnya. Dan setelah Muki menghentikan mobilnya, tiba-tiba Muki langsung menarik wajahku dan mencium bibirku. Kelihatannya Muki begitu bernafsu melihat bibirku. Sebenarnya inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak terbendung lagi.

Tiba-tiba Muki melepaskan ciumannya. “May, aku ingin mencium susumu, bolehkan..” Tanpa berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata Muki. Dan kulihat Muki begitu memperhatikan bentuk bulatan yang ada di depan matanya. Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan, tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki.

“May, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu,” bisik Muki.
“Iya, Muk, baru kamu yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.

Tak lama kemudian, Muki dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah waktu yang tunggutunggu sejak lama. Nafsuku langsung naik pada saat itu.

“Jangan berhenti Muk, teruskan ya… aku enak sekali..” Dan tanganku pun dibimbing Muki untuk membuka reitsleting celananya. Dan aku membukanya. Kemudian Muki mengajak pindah tempat duduk dan kami pun pindah di tempat duduk belakang. Sepertinya di belakang kami bisa dengan leluasa saling berpelukan.

Baju kemejaku sudah dilepas oleh Muki dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung di lenganku. Reitsleting celana Muki sudah terbuka dan tiba-tiba Muki menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Muki. Dan Muki menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali penis Muki yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang penisnya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut. Muki masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Muki menggigit puting susuku.

“Muk, teruskan ya… jilat aja Muk, sesukamu..” desahku tak karuan.

Sementara aku masih terus memegang penis Muki. Dan sepertinya Muki makin bernafsu dengan permainan seksnya. Akhirnya Muki sudah tidak tahan lagi.

“May, kamu isap punyaku ya… mau nggak?”
“Isap bagaimana..”
“Tolong keluarin punyaku di mulutmu.”

Sebenarnya aku masih bingung, tapi karena penasaran apa yang dimaui Muki, maka aku menurut saja apa permintaannya. Dan Muki merubah posisi duduknya, Muki menurunkan kepalaku hingga aku berhadapan langsung dengan kepunyaan Muki.

“Muk, besar sekali punyamu.”
“Langsung aja may, aku sudah tidak tahan..”

Aku langsung mengulum pelan-pelan kepunyaan Muki. Inilah pertama kali aku melihat, memegang dan mengisap dalam satu waktu. Aku menjilati dan kadang kutarik dalam mulutku kepunyaan Muki. Sekali-kali kujilati dengan lidahku. Dan sekali-kali juga kujilati dan kuisap buah kepunyaan Muki. Aku memang menikmati yang namanya penis. Mulai dari atas turun ke bawah. Dan kuulangi lagi seperti itu. Dan kepala penis kepunyaan Muki aku jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat.

Sekitar lima menit aku menikmati permainan punya Muki, tiba-tiba, Muki menahan kepalaku dan menyuruhku mengisap lebih kuat. “Terus May, jangan berhenti, terus isap yang kuat, aku sudah tidak tahan lagi..” Dan tidak lama setelah itu, Muki mengerang keenakan dan tanpa sadar, keluar cairan berwarna putih dari penis Muki. Apakah ini yang namanya sperma, pikirku.

Dalam keadaan masih keluar, aku tidak bisa melepaskan penis Muki dari mulutku, aku terus mengisap dan menyedot sperma yang keluar dari penis Muki. Ah… rasa dan aromanya membuatku ingin terus menikmati yang namanya sperma. Aku pun tidak bisa melepaskan kepalaku karena ditahan oleh Muki. Aku terus melanjutkan isapanku dan aku hanya bisa melebarkan mulutmu dan sebagian cairan yang keluar tertelan di mulutku. Dan Muki kelihatan sudah enak sekali dan melepaskan tangannya dari kepalaku.

“May, aku sudah keluar, banyak ya..”
“Banyak sekali Muk, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belum biasa.”
“Tidak apa-apa May..”

Kemudian Muki mengambil cairan yang terbuang di sekitar penisnya dan menaruh ke susuku. Aku pun memperhatikan kelakuan Muki. Dan Muki mengelus-elus susuku. Akhirnya jam sudah tepat jam 11 malam. Dan aku diantar oleh Muki tepat jam 11 lewat 35 menit. Karena besoknya kami berjanji akan ketemu lagi. Malamnya entah mengapa aku sangat sulit sekali tidur.

Karena pengalamanku yang pertama membuatku penasaran, entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Muki esoknya.Dan, malam itu aku masih teringat akan penis Muki yang besar dan aroma sperma serta ingin rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu.
Besoknya dengan alasan ada pertemuan panitia perpisahan, aku akhirnya bisa keluar rumah.Akhirnya sesuai jam yang sudah ditentukan, Muki menjemputku dan Muki membawaku ke suatu tempat yang masih teramat asing buatku.

“Tempat apa ini Muk,” tanyaku.
“May, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih
aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau.”
“Entahlah Muk, aku masih takut tempat seperti ini.”
“Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil. Kita langsung menuju kamar yang kita pesan.”

Dan sampai di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu hanya ada satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan. Terlihat ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan tempat tidur untuk kapasitas dua orang.

“Maya, kita santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kita pulang setelah magrib nanti, kamu mau..” pinta Muki.
“Aku setuju saja Muk, terserah kamu.”

Setelah makan siang, kami ngobrol-ngobrol dan Muki membaringkan badanku di tempat tidur. “May, kamu mau kan melakukannya sekali lagi untukku.” Aku setuju. Sebenarnya inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang akan kami lakukan berikutnya. Muki berdiri di depanku, dan melepaskan kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya. Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan Muki daripada malam kemarin.

Ternyata kepunyaan Muki lebih besar dari yang kubayangkan. Dan, dalam sekejap Muki sudah terlihat bugil di depanku. Muki memelukku erat-erat dan membangunkanku dari tempat tidur. Sambil mencium bibirku, Muki menarik ke atas baju kaos ketat yang kupakai. Dan memelukku sambil melepaskan ikatan BH yang kupakai. Dan pelan-pelan tangan Muki mengelus susuku yang sudah keras. Dan lama -kelamaan tangan Muki sudah mencapai reitstleting celanaku dan membuka celanaku. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan Muki jongkok tepat di depan vaginaku. Muki memandangku dari arah bawah. Sambil tangannya memeluk pahaku.

Baca juga - Sial Pembawa Nikmat

“May, bodi kamu bagus sekali.”
Muki sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku.
“May, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana.”
“Terserah kamu Muk, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu..”

Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Muki. Kemudian Muki meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami. Muki bebas menciumiku dan aku juga bebas menciumi Muki. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar. Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti hubungan suami istri.

Muki menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah. Begitu bibir Muki sampai di vaginaku yang sudah sangat basah, terasa olehku Muki membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya. Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu. Ternyata Muki sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan permainan lidahnya di vaginaku dan tangan Muki sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aku rasanya sudah sangat enak sekali. Sepertinya tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik. Muki sekali-kali memasukan jarinya ke vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku.

Akhirnya dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Muki. “Muk, masukkan punyamu ke punyaku ya… masukannya pelan -pelan,” pintaku. Muki lalu bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku. “May, kamu sudah siap aku masukkan, apa kamu tidak menyesal nantinya.” “Tidak Muk, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya.”Lalu Muki melebarkan kakiku dan terlihat jelas sekali punya Muki yang sangat besar sudah siap-siap untuk masuk ke punyaku. Vaginaku sudah basah sekali. Dan kubimbing penis Muki agar tepat masuk di lubang vaginaku. Pertama-tama memang agak sakit, tapi punyaku sepertinya sudah tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih banyak nikmatnya yang kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali, akhirnya punya Muki berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku.

“Oh… enak sekali,” jeritku.

Terasa seluruh lorong dan dinding vaginaku penuh dengan penis besar kepunyaan Muki. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari penis Muki, membuat hari itu aku sudah tidak perawan lagi. Muki membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu sudah tidak perawan lagi.”

“Ngga apa-apa Muk, jangan dilepas dulu ya…”
“Terus Muk, goyang lebih kencang, aku enak sekali..” Dengan posisi aku di bawah, Muki di atas, kami melakukannya lama sekali.

Muki terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Muki masih terbenam di vaginaku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga.

“Muki sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar.”
“Keluarin terus May, aku tidak akan melepaskan punyaku.”
“Muk, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Muk, aku keluar.. keluar Muk..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Muki langsung menciumi bibirku. Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya.

Akhirnya aku menikmati kehangatan punya Muki dan aku masih memeluk badan Muki. Walaupun udara di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin.

“May, aku masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi enam sembilan. Kamu isap punyaku dan aku isap punyamu.”

Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan. Muki bisa sangat jelas mengisap punyaku. Dan kelihatan kliotorisku yang sangat besar dan panjang.

“May punyamu lebar sekali.”
“Isap terus Muk, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.”

Aku terus mengisap punya Muki sementara Muki terus menjilati vaginaku dan kami melakukannyasangat lama sekali. Penis Muki yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya. Dan permainan mulut Muki di vaginaku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri.

“Muk… aku mau keluar lagi… aku tidak tahan lagi honey…”
“Tahan sebentar May, aku juga mau keluar..”

Tiba-tiba Muki langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Muki melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Muki ingin memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali lagi Muki memasukkan penisnya ke vaginaku. Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Muki yang besar.

“Dorong yang keras Muk, lebih keras lagi,” desahku. Muki menggoyangan badannya lebih cepat lagi.
“Iya Muk, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu..”
“May, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…”
“Aku juga Muk, sedikit lagi, kita keluar sama -sama ya… aaa..”
“May… aku keluar..”
“Aku juga Muk… aaa… aa… terasa Muk, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, May… goyang terus May, punyaku lagi keluar…”
“Aduh Muk… enak sekali…”

Bibirku langsung menciumi bibir Muki yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur.

“May… spermaku sekarang ada di dalam punyamu.”
“Ia Muk…”

Tidak lama kemudian, Muki membersihkan cairan spermanya di vaginaku.

“May, kalo kamu hamil, aku mau bertanggungjawab.”
“Iya Muk..” jawabku singkat.

Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melakukannya sekali lagi, dan aku mengalami kenikmatan sampai dua kali. Sekali keluar pada saat Muki menjilati vaginaku dan sekali lagi pada saat Muki memasukkan penisnya ke vaginaku. Muki pun mengalami hal yang sama.

Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kali melakukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aku pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti. Kalau dihitunghitung dalam melakukan hubungan badan, aku sudah keluar 8 kali orgasme. Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Muki hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali aku keluar. Sementara Muki sudah 7 kali.

Malamnya tepat jam 8.30 kami keluar dari penginapan. Padahal jika dipikir-pikir, hanya dalam waktu dua hari saja aku sudah melepaskan keperawananku ke seseorang. Dan sampai sekarang hubunganku dengan Muki bukan sifatnya pacaran, tapi hanya bersifat untuk memuaskan nafsu saja. Dan, baru kali ini aku bisa merasakan tidur yang sangat pulas sesampainya di rumah. Besoknya aku harus sekolah seperti biasa dan tentunya dengan perasaan senang dan ingin melakukannya berkali-kali.

Seperti biasa setiap tanggal 20, aku datang bulan. Dan kemarin (tanggal 20 Februari 2001) ini aku masih dapat. Aku langsung menelepon Muki sepulang dari sekolah.

“Muk, aku dapat lagi, dan aku tidak hamil.”
“Iya May… syukurlah…”
“Muk, aku ingin melakukannya sekali lagi, kamu mau Muk..”

Dan, ternyata kami bisa melakukannya di mana saja. Kadang aku mengisap penis Muki sambil Muki menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Dan setelah cairan sperma Muki keluar yang tentunya semua kutelan, karena sudah biasa, setelah itu tangan Muki memainkan vaginaku. Kadang juga sebelum pulang aku tidak lagi mencium bibir Muki, tapi aku mengisap kepunyaan Muki sebelum turun dari mobil, hanya sekitar 2 menit, Muki sudah keluar.

Dan aku masuk rumah masih ada sisa-sisa aroma sperma di mulutku. Di tiap pertemuan kami berdua selalu saling mengeluarkan. Jika kami ingin melakukan hubungan badan, biasanya kami menyewa penginapan dari siang sampai sore dan hanya dilakukan tiap hari sabtu karena pada saat itu sepulang sekolah Muki langsung mengajakku ke penginapan.






Poker uang asli, bolaasia, hokipoker, genjipoker, agen bola terpercaya, agen teraman, agen bola. Champion liga malam, team favorit, togel uang asli, bandar darat togel, sbobet uang asli, main sbo online, sbobet terpercaya, ibcbet terpercaya,

Hokipoker - Perawanku Hilang Dalam 2 Hari


Hokipoker - Heru, 32 th, adalah teman sekantor suamiku yang sebaya dengannya sedangkan aku berumur 28 th. Mereka sering bermain tenis bersama, entah mengapa setiap Heru datang kerumah menjemput suamiku ia selalu menyapaku dengan senyumnya yang khas, sorotan matanya yang dalam selalu memandangi diriku sedemikian rupa apalagi sewaktu aku memakai daster yang agak menerawang tatapannya seakan menembus menjelajahi seluruh tubuhku.

Aku benar benar dibuat risih oleh perlakuannya, sejujurnya aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku, walaupun aku telah menikah 2 tahun yang lalu dengan suamiku, aku merasakan ada suatu getaran dilubuk hatiku ditatap sedemikian rupa oleh Heru. Suatu hari suamiku pergi keluar kota selama 4 hari. Pas di hari minggu Heru datang kerumah maksud hati ingin mengajak suamiku bermain tenis, pada waktu itu aku sedang olahraga dirumah dengan memakai hot pant ketat dan kaos diatas perut.

Ketika kubuka pintu untuknya ia terpana melihat liku liku tubuhku yang seksi tercetak jelas di kaos dan celana pendekku yang serba ketat itu. Darahku berdesir merasakan tatapannya yang tajam itu. Kukatakan padanya suamiku keluar kota sejak 2 hari lalu, dia hanya diam terpaku dengan senyumannya yang khas tidak terlihat adanya kekecewaan diraut mukanya, tiba-tiba ia berkata “..Hesty mau tidak gantiin suamimu, main tenis dengan saya..” Giliran aku yang terpana selama menikah belum pernah aku pergi keluar dengan laki laki selain suamiku tetapi terus terang aku senang mendengar ajakannya, dimataku Heru merupakan figure yang cukup ‘gentleman’.

Sementara aku masih ragu-ragu tiba tiba dengan yakin ia berkata

“..Cepet ganti pakaian aku tunggu disini..” Entah apa yang mendorongku untuk menerima ajakannya aku langsung mengangguk sambil berlari kekamarku untuk mengganti pakaian.

Dikamar Aku termangu hatiku dagdigdug seperti anak SMU sedang berpacaran lalu aku melihat diriku dicermin kupilih baju baju tenisku lalu ketemukan rok tenis putihku yang supermini lalu kupakai dengan blous ‘you can see’ setelah itu kupakai lagi sweater, wouw.. cukup seksi juga aku ini.., setelah itu aku pakai sepatu olahragaku lalu cepat cepat aku temui Heru didepan pintu

“..Ayo Her aku sudah siap..” Heru hanya melongo melihat pakaianku. Jakunnya terlihat naik turun.

Singkat kata aku bermain tenis dengannya dengan penuh ceria, kukejar bola yang dipukulnya, rok miniku berkibar, tanpa sungkan aku biarkan matanya menatap celana dalamku, ada perasaan bangga dan gairah setiap matanya menatap pantatku yang padat bulat ini.

Saking hotnya aku mengejar bola tanpa kuduga aku jatuh terkilir, Heru menghampiriku lalu mengajakku pulang. Setiba di rumah, kuajak Heru untuk mampir dan ia menerimanya dengan senang hati. Heru memapahku sampai ke kamar, lalu membantuku duduk di ranjang. Dengan manja kuminta ia mengambilkan aku minuman di dapur, Heru mengambilkan minuman dan kembali ke kamar mendapatkan aku telah melepas sweater dan sedang memijat betisku sendiri.

Ia agak tersentak melihatku, karena aku telah menanggalkan sweaterku sekarang tinggal memakai blous “you can see” longgar yang membuat ketiak dan buah dadaku yang putih mulus itu mengintip nakal, posisi kakiku juga menarik rokmini olahragaku hingga pahaku yang juga putih mulus itu terbuka untuk menggoda matanya.

Tampak sekali ia menahan diri dan mengalihkan pandangan saat memberikan minuman kepadaku. Memang “gentleman” pria ini. penampilannya agak kaku tetapi disertai sikap yang lembut, kombinasi yang tak kudapatkan dari suamiku, ditambah berbagai macam kecocokan di antara kami. Mungkin inilah yang mendorongku untuk melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang wanita yang sudah bersuami.

Aku menggeser posisiku mendekatinya, lalu kucium pipinya sebagai ucapan terimakasihku. Heru terkejut, namun tak berusaha menghindar bahkan ia menggerakan wajahnya sehingga bibirku beradu dengan bibirnya. Kewanitaanku bangkit walaupun aku tahu ini adalah salah tetapi tanpa kusadari ia mencium bibirku beberapa saat sebelum akhirnya aku merespon dengan hisapan lembut pada bibir bawahnya yang basah.

Kami saling menghisap bibir beberapa saat sampai akhirnya aku yang lebih dulu melepas ciuman hangat kami.

“Her..” kataku ragu. Kami saling menatap beberapa saat.

Komunikasi tanpa kata-kata akhirnya memberi jawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami, lalu hampir berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman dengan mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu lama kelamaan, entah siapa yang memulai, aku dan Heru saling menghisap lidah dan ciuman pun semakin bertambah panas dan bergairah.

Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan Heru mulai beralih dari betisku, merayap ke pahaku dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku terpejam. Entah bagaimana pria bukan suamiku ini bisa menyentuh ragaku selembut ini, semakin kupejamkan mataku semakin melayang perasaanku, dan menikmati kelembutan yang memancing gairah ini.

Baca juga - Sial Pembawa Nikmat

Kembali Heru yang melepas bibirnya dari bibirku. Namun kali ini, dengan lembut namun tegas, ia mendorong tubuhku sambil satu tangannya masih terus membelai pahaku, membuat kedua tanganku yang menahanku pada posisi duduk tak kuasa melawan dan akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku.

Heru mengambil inisiatif mencium bibirku kembali, yang serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai beralih dari pahaku ke selangkanganku, membelai barang milikku yang paling sensitif yang masih terbalut celana dalam itu dengan lembut namun pasti.

“Mmhh.. Heruu..sudah terlalu jauh Her..” desahku di sela-sela ciuman panas kami.

Aku agak lega saat tangan kekarnya meninggalkan selangkanganku, namun ia mulai menarik blousku hingga terlepas dari jepitan rokku, lalu ia loloskan dari kepalaku. Buah dadaku yang montok dan puting susuku membayang menggoda dari BH-ku yang tipis dan seksi, membuatnya semakin penasaran. Ia kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan lidahku.

Permainannya yang lembut dan tak tergesa-gesa ini membuatku terpancing menjadi semakin bergairah, sampai akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan sesekali menyelipkan jarinya ke balik BH menggesek-gesek putingku yang saat itu sudah tegak mengacung. Tanpa kusadari aku mulai memainkan kaos bajunya, dan setelah bajunya kusingkap terlihat tampilan otot di tubuhnya. Aku melihat dada bidang dan kekar, serta perut sixpacknya di depan mataku. Tak lama ia pun memutuskan untuk mengalihkan godaan bibirnya ke buah dadaku yang masih terbalut BHku.

Diciumi buah dadaku sementara tangannya merogoh ke balik punggungku untuk melepas kait BH-ku. Sama sekali tidak ada protes dariku iapun melempar BH-ku ke lantai sambil tidak buang waktu lagi mulai menjilati putingku yang memang sudah menginginkan ini dari tadi.

“Ooohh.. sshh.. aachh.. Heruu..” desahku langsung terlontar tak tertahankan begitu lidahnya yang basah dan kasar menggesek putingku yang terasa sangat peka.

Heru menjilati dan menghisap dada dan putingku di sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini,

“..Oooh Heru suuddhaah.. Herr.. stoop..!!” tetapi Heru terus saja merangsangku bahkan tangannya mulai melepas celananya, sehingga kini ia benar-benar telanjang bulat.

Penisnya yang besar dan berotot mengacung tegang, karuan aku terbelalak melihatnya, besar dan perkasa lebih perkasa dari penis suamiku, vaginaku tiba tiba berdenyut tak karuan. Oh..tak kupikirkan akibat dari keisenganku tadi yang hanya ingin mencium pipinya saja sekarang sudah berlanjut sedemikian jauh.

Heru melepas putingku lalu bangkit berlutut mengangkangi betisku. Ia menarik rokku dan membungkukkan badannya menciumi pahaku. Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar menghantarkan rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhku pada setiap sentuhannya di pahaku. Apalagi ketika lidahnya menggoda selangkanganku dengan jilatannya yang sesekali melibas pinggiran CD ku, semili lagi menyentuh bibir vaginaku. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak birahi, rasa penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi akal sehatku masih menyatakan bahwa ini perbuatan yang salah.

Akhirnya, dengan menyibakkan celana dalamku, Heru mengalihkan jilatannya kerambut kemaluanku yang telah begitu basah penuh lendir birahi.

“ggaahh.. Heeruu..stoop..ohh..” bagaikan terkena setrum rintihanku langsung menyertai ledakan kenikmatan yang kurasakan saat lidah Heru melalap vaginaku dari bawah sampai ke atas, menyentuh klitorisku.

Kini kami sama-sama telanjang bulat. Tubuh kekar berotot Heru berlutut di depanku. Lobang vaginaku terasa panas, basah dan berdenyut-denyut melihat batang penisnya yang tegang besar kekar berotot berbeda dengan punya suamiku yang lebih kecil. Oohh..betul betul luar biasa napsu birahiku makin mengebu gebu. Entah mengapa aku begitu terangsang melihat batang kemaluan yang bukan punya suamiku.Oooh begitu besar dan perkasa, pikiranku bimbang karena aku tahu sebentar lagi aku akan disetubuhi oleh sahabat suamiku, anehnya gelora napsu birahiku terus mengelegak.

Kupasrahkan diriku ketika Heru membuka kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu Heru menurunkan pantatnya dan menuntun penisnya ke bibir vaginaku. Kerongkonganku tercekat saat kepala penis Heru menembus vaginaku.

“Hngk! Besaar..sekalii..Heer..” Walau telah basah berlendir, tak urung penisnya yang demikian besar kekar berotot begitu seret memasuki liang vaginaku yang belum pernah merasakan sebesar ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa sakit.

Tanpa terburu-buru, Heru kembali menjilati dan menghisap putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada tara, sementara setengah penisnya bergerak perlahan dan lembut menembus vaginaku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di vaginaku, melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang kenikmatanku tahap demi tahap.

Lidahnya yang kasar dan basah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat kepalaku terasa semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah. Akhirnya napsu birahikulah yang menang laki laki perkasa ini benar benar telah menyeretku kepusaran kenikmatan menghisap seluruh pikiran jernihku dan yang timbul adalah rangsangan dahsyat yang membuatku ingin mengarungi permainan seks dengan sahabat suamiku ini lebih dalam.

“Ouuch.. sshh.. aachh.. teruuss.. heeruu.. masukin penismu yang dalaam..!! oouch.. niikmaat.. heerr..!! Baru kali ini lobang vaginaku merasakan ukuran dan bentuk penis yang bukan milik suamiku, yang sama sekali baru ..besaar dan perkasaa.., aku merasakan suatu rangsangan yang hebat didalam diriku.

Seluruh rongga vaginaku terasa penuuh, kurasakan begitu nikmatnya dinding vaginaku digesek batang penisnya yang keras dan besaar..!

Akhirnya seluruh batang kemaluannya yang kekar besar itu tertelan kedalam lorong kenikmatanku, memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Heru mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan,

“..oouch.. niikmaat.. heeruu..!!” aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan.

“hh.. sshh.. hh.. Heerruu.. oohh ..suungguuhh.. niikmmaat sahyangghh..” Heru membalas dengan pertanyaan
“Ohh.. Hestyy nikmatan mana dengan penis suamimu..?” otakku benar benar terhipnotis oleh kenikmatan yang luar biasa..! jawabanku benar benar diluar kesadaranku
“Ohh ssh Heruu. penismu besaar sekalii..! jauh lebih nikmaat ..!! Heru makin gencar melontarkan pertanyaan aneh aneh,
“..hh..Hesty lagi diapain memekmu sama kontolnya Heru..?” aku bingung menjawabnya,
“Bilang lagi dientot..!” Heru memaksaku untuk mengulangnya, tapi dasar aku lagi terombang ambing oleh buaian birahi akupun tidak malu malu lagi mengulangnya
“hh.. hh.. sshh.. mmhh..lagi dientot sayaang..”

Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Heru kembali menari di putingku yang memang gatal memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram erat.

Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku semakin vulgar.

“Ahh.. Ouchh.. entootin terus sayaang.. genjoott.. habis memekku..!! genjoott.. kontolmu sampe mentok..!!” Ooohh.. Herruu.. bukan maiin.. eennaaknyaa.. ngeentoot denganmu..!!” mendengar celotehanku, Heru yang kalem berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuat aku benar benar takluk adalah staminanya yang bukan maiin perkasaa.., tidak pernah kudapatkan seperti ini dari suamiku.

Aku benar benar sudah lupa siapa diriku yang sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang adalah perasaan yang melambung tinggi sekali yang ingin kunikmati sepuas puasnya yang belum pernah kurasakan dengan suamiku. Heru mengombang ambingkan diriku di lautan kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya.

Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung diriku

“Ngghh.. nghh .. nghh.. Heruu.. Akku mau keluaar..!!” pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, Heru mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya dalam dalam dengan memutar mutar keras sekalii..

Clitorisku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya.

“..aacchh.. Heruu.. niikmaat.. tekeen.. teruuss.. itilkuu..!!”

Ledakan kenikmatan orgasmeku terasa seperti ‘forever’ menyemburkan lendir orgasme dalam vaginaku, kupeluk tubuh Heru erat sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya sementara Heru terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata kata.

Beberapa detik kenikmatan yang terasa seperti ‘forever’ itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai lemas dengan penis Heru masih di dalam vaginaku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Heru mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan keras di dalam vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.

Setelah aku kembali “sadar” dari ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun mulai membalas ciumannya, memancing Heru untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Sekarang aku tidak canggung lagi bersetubuh dengan teman suamiku ini. Gairahku yang sempat menurun tampak semakin terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada dinding vaginaku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin berani melayani gairahnya yang memang tampaknya makin liar saja.

Genjotan penisnya pada vaginaku mulai cepat, kasar dan liar. Aku benar-benar tidak menyangka bisa terangsang lagi, biasanya setelah bersetubuh dengan suamiku setelah klimax rasanya malas sekali untuk bercumbu lagi tapi kali ini Heru memberiku pengalaman baru walau sudah mengalami klimax yang maha dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati rangsangannya lagi oleh genjotan penisnya yang semakin bernapsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam vaginaku.

Lalu Heru memintaku untuk berbalik, ooh ini gaya yang paling kusenangi “doggy style” dengan gaya nungging aku bisa merasakan seluruh alur alur batang kemaluan suamiku dan sekarang aku akan merasakan batang yang lebih besar lebih perkasa oohh..! dengan cepat aku berbalik sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya sayu sambil memelas

“..Yeess..Herr..masukin kontol gedemu dari belakang kelobang memekku..” Heru pun menatap liar dan yang ditatap adalah bokongku yang sungguh seksi dimatanya, bongkahan pantatku yang bulat keras membelah ditengah dimana bibir vaginaku sudah begitu merekah basah dibagian labia dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku mengintip liang kenikmatanku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.

Sambil memegang batang penisnya disodokannya ketempat yang dituju

”Bleess..” ..Ooohh.. Heruu.. teruss.. Herr.. yang.. dalaam..!! mataku mendelik merasakan betapa besaar dan panjaang batang penisnya menyodok liang kenikmatanku, urat urat kemaluannya terasa sekali menggesek rongga vaginaku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini.

Hambatan yang selalu kuhadapi dengan suamiku didalam gaya ‘doggy style’ ini adalah pada waktu aku masih dalam tahap ‘menanjak’ suamiku sudah terlalu cepat keluar, suamiku hanya bisa bertahan kurang dari dua menit.

Tetapi Heru sudah lebih dari 15 menit menggarapku dengan gaya ‘doggy style’ ini tanpa ada tanda tanda mengendur. Oh bukan maiin..! bagai kesurupan aku menggeleng gelengkan kepalaku, aku benar benar dalamkeadaan ekstasi, eranganku sudah berubah menjadi pekikan pekikan kenikmatan, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besaar dan panjaang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku bukan lagi pada tahap “menanjak” tapi sudah berada di awang-awang di puncak gunung kenikmatan yang tertinggi.

“Hngk.. ngghh..Heruu..akuu mau keluaar lagii.. aargghh..!!” aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang kedua yang kubuat semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan penisnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku, sambil kukempot kempotkan vaginaku serasa ingin memeras batang kemaluannya untuk mendapatkan seluruh kenikmatan semaksimum mungkin.

Setelah mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukan Heru yang menindih tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun Heru menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dengan suamiku.

Heru memeluk tubuhku dan mengecup pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas.

“Hesty aku belum keluar sayang..! tolongin aku isepin kontolku sayaang..!” Aku benar benar terkejut aku sudah dua kali klimaks tapi Heru belum juga keluar, bukan main perkasanya. biasanya malah suamiku lebih dulu dari aku klimaksnya kadang kadang aku malah tidak bisa klimaks dengan suamiku karena suamiku suka terburu buru.

Merasa aku telah diberi kepuasan yang luar biasa darinya maka tanpa sungkan lagi kuselomot batang kemaluannya kujilat jilat buah zakarnya bahkan selangkangannya ketika kulihat Heru menggeliat geliat kenikmatan,

“..Ohh yess Hes.. nikmat sekalii.. teruss hes.. lumat kontolku iseep yang daleemm.. ohh.. heestyy.. saayaangg..!!”

Heru mengerang penuh semangat membuatku semakin gairah saja menyelomot batang kemaluannya yang besar, untuk makin merangsang dirinya aku merangkak dihadapannya tanpa melepaskan batang kemaluannya dari mulutku, kutunggingkan pantatku kuputar putar sambil kuhentak hentakan kebelakang, benar saja melihat gerakan erotisku Heru makin mendengus dengus bagai kuda jantan liar, dan tidak kuperkirakan yang tadinya aku hanya ingin merangsang Heru untuk bisa cepat ejakulasinya malah aku merasakan birahiku bangkit lagi vaginaku terasa berdenyut denyut clitorisku mengeras lagi.

Ohh.. beginikah multiple orgasme yang banyak dibicarakan teman temanku? Selomotanku makin beringas, batang yang besar itu yang menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi kepalaku naik turun cepat sekali, Heru menggelinjang hebat, akhirnya kurasakan vaginaku ingin melahap kembali batang kemaluannya yang masih perkasa ini, dengan cepat aku lepas penisnya dari mulutku langsung aku merangkak ke atas tubuhnya kuraih batang kemaluannya lalu kududuki sembari ku tuju ke vaginaku yang masih lapar itu. Bleess.. aachh..aku merasakan bintang bintang di langit kembali bermunculan.

“..Ooohh..Hesty..kau sungguuh seksxyy.. masuukin kontolku..!!” Heru memujiku setinggi langit melihat begitu antutiasnya aku meladeninya bahkan bisa kukatakan baru pertama kali inilah aku begitu antusias, begitu beringas bagai kuda betina liar melayani kuda jantan yang sangat perkasa ini.

[ GABUNG SEKARANG BERSAMA AGEN BOLA SBOBET RESMI ]

“..Yess.. Heruu.. yeess.. kumasukkan kontolmu yang perkasa ini..!” kuputar-putar pinggulku dengan cepatnya sekali kali kuangkat pantatku lalu kujatuhkan dengan derass sehingga batang penis yang besar itu melesak dalaam sekali..

“..aachh.. Heestyy.. putaar.. habiisiin kontoolku.. eennakk.. sekaallii..!!” giliran Heru merintih mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing di dalam lautan kenikmatan yang maha luas kucurahkan seluruh tenagaku dengan memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku, kali ini aku yang berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku putar pinggulku dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.

Batang kemaluannya kugenjot dan kupelintir habiss.. bahkan kukontraksikan otot-otot vaginaku sehingga penis yang besar itu terasa bagai dalam vacum cleaner terhisap dan terkenyot didalam liang vaginaku. Dan yang terjadi adalah benar benar membuatku bangga sekali, Heru bagai Layang-layang putus menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku keras sekali, sekali-kali ingin melepaskan tubuhku darinya tapi tidak kuberikan kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras, batang penisnya melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah menyatu dengan rambut kemaluanku, clitorisku yang lapar akan birahi sudah mengacung keras makin merah membara tergencet batang kemaluannya. Badanku sedikit kumiringkan ke belakang, buah zakarnya kuraih dan kuremas-remas,

“..Ooohh.. aachh.. yeess.. Heess.. yeess..!!”

Heru membelalakan matanya sama sekali tidak menyangka aku menjadi begitu beringass..begitu liaar.. menunggangi tubuhnya, lalu Heru bangkit, dengan posisi duduk ia menylomot buah dadaku… aachh tubuhku semakin panaas.. kubusungkan kedua buah dadaku.

“..selomot.. pentilku.. dua. duanya.. Herr..yeess..!! …sshh.. …oohh..!! mataku menjadi berkunang kunang, “..Ooohh.. Hestyy.. nikmatnya bukan main posisi ini..! batang kontolku melesak dalam sekali menembus memekmu..!”

Heru mendengus-dengus kurasakan batang penisnya mengembung pertanda spermanya setiap saat akan meletup,

“..Ohh.. sshh..aahh.. Heruu ..keluaar.. bareeng..sayaannghh..!! jiwaku terasa berputar putar..!
“..yess..Hess..aku… keluarkan diluar apa didalam..?”.
“..Ohh.. Heru kontoolmu.. jaangaahhn..dicabuut..keluarin.. didalaam..!!

Tiba tiba bagaikan disetrum jutaan volt kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekalii..! dan tubuhku mengejang ketika kurasakan semburan dahsyat di dalam rahimku,

“..aachh. jepiit kontoolku.. yeess.. sshh.. oohh.. nikmaatnya.. memekmu Hestyy..!!” Heru memuncratkan air maninya di dalam rongga vaginaku, terasa kental dan banyak sekali.

Akupun mengelinjang hebat sampai lupa daratan

“..Nggkkh.. sshh.. uugghh.. Heerru.. teekeen kontoolmu.. sampe mentookkhh.. sayaahng.. aarrgghh..!! gelombang demi gelombang kenikmatan menggulung jiwaku, ooh benar benar tak kusangka makin sering klimaks makin luar biaasaa rasa nikmatnya jiwaku serasa terbetot keluar terombang ambing dalam lautan kenikmatan yang maha luas. Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya mulai batang penisnya pantatnya pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali.

Seluruh tetes air maninya kuperas dari batang kemaluannya yang sedang terjepit menyatu di dalam liang vaginaku. aarrgghh.. Nikmatnya sungguh luar biaasaa!! Oohh Heru aku kuatir akan ketagihan dengan batang penismu yang maha dahsyat ini!! Akhirnya perlahan lahan kesadaranku pulih kembali, klimaks yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali, Heru sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia membaringkan tubuhku di dadanya yang kekar, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga kali klimaks bukanlah hal yang mudah bagiku untuk mendapatkannya didalam satu kali permainan seks.

Heru telah menaklukan diriku luaar.. dalaam..!! akan kukenang kejadian ini selama hidupku. Tiba tiba Heru melihat jam lalu dengan muka sedih ia mengatakan kepadaku bahwa ia harus menemui seseorang 10 menit lagi, akupun tak kuasa menahannya, aku hanya mengangguk tak berdaya.

Sepeninggal Heru dari rumah, aku termenung sendirian di ranjang. Suatu kejadian yang sama sekali tak terpikir olehku mulai merebak dalam kesadaranku. Aku telah menikmati perbuatan seks dengan sahabat suamiku bahkan harus kuakui, aku betul betul menikmati kedahsyatan permainan seks dengan sahabat suamiku itu. Tetapi aku telah mengkhianati suamiku. Aku mulai merasakan sesuatu yang salah, sementara di lain pihak, aku sangat menikmatinya dan sangat mengharapkan Heru melakukannya lagi terhadapku.

Hati dan akal sehat terpecah dan menyeretku ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan batin terjadi membuatku limbung. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba melupakan Heru. Setelah beberapa minggu dalam kondisi seperti ini, hatiku makin tidak menentu, makin kucoba melupakannya makin terbayang seluruh kejadian hari itu, aku masih merasakan tubuhnya yang kekar berkeringat napasnya yang mendengus dengus terngiang sayup sayup terdengar suaranya memanggilku ‘sayang’. Heru berhenti bertugas di kantor suamiku. Entah itu keinginannya sendiri atau memang ia dialih tugaskan, aku tidak tahu.

Namun hingga kini, pergumulan batin dalam diriku masih terus berlangsung. Di lain pihak aku tetap ingin mencintai suamiku, walaupun ia tak bisa memberikan apa yang telah diberikan Heru padaku. Aku masih merindukan dan menginginkan sentuhan tangan kekar Heru, dimanakah kau berada Heru..?



Poker uang asli, bolaasia, hokipoker, genjipoker, agen bola terpercaya, agen teraman, agen bola. Champion liga malam, team favorit, togel uang asli, bandar darat togel, sbobet uang asli, main sbo online, sbobet terpercaya, ibcbet terpercaya,

Hokipoker -Aku Pasrah Di Gauli Teman Suamiku

Poker uang asli, bolaasia, hokipoker, genjipoker, agen bola terpercaya, agen teraman, agen bola. Champion liga malam, team favorit, togel uang asli, bandar darat togel, sbobet uang asli, main sbo online, sbobet terpercaya, ibcbet terpercaya,
Hokipoker - Seharian ini aku tidak karuan bekerja, suntuk benar rasanya hari ini, seharian dimarahi melulu sama boss karena kerjaanku salah terus, “Teet..” bel pulang sudah berbunyi, kesempatan ini tidak kusia-siakan, “langsung ngacir”. Sore itu cuaca masih mendung karena sebelumnya hujan mengguyur dengan sangat deras. Aku berjalan keluar halaman kantor, kulihat jalanan sebagian tergenang air.

Aku berdiri di trotoar jalan menunggu angkutan umum yang lewat. Hari ini memang aku tidak naik motor karena motorku sedang ada di bengkel. Entah kenapa hari ini aku sial terus dari rumah pas mau kerja motorku mendadak ngadat tidak mau distater. Sial, mana hari ini aku pagi-pagi sekali harus sudah menyerahkan laporan bulanan kepada boss. Sial benar-benar sial.

Saat aku asik melamunkan kesialanku hari ini, tanpa sadar tiba-tiba sebuah Baleno silver metalik melintas di depanku dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba.. “Craasshh..!” air genangan menyemprot ke seluruh tubuhku, mukaku, baju, celanaku semuanya basah kuyup. Shiit, sekali lagi shiit, lengkap sudah kesialanku hari ini.

Aku memaki-maki tidak karuan. Tiba-tiba Baleno itu berhenti beberapa puluh meter dari tempat aku berdiri dan langsung mundur menuju ke arahku. “Cari penyakit,” gerutuku. Aku sudah bersiap-siap mau mendampratnya jika orangnya keluar, paling tidak kumaki-maki dulu. Urusan maaf-memaafkan belakangan. Aku sudah bersiap-siap ketika pintu Baleno itu terbuka, aku terkejut ketika sebuah kaki indah terbungkus sepatu kets menapak di aspal yang basah. Sesaat kemudian munculah mahluk yang menurutku sangat cantik.

Tingginya kira-kira 165 cm, kulitnya putih, kira-kira umurnya sekitar 35-an, tetapi penampilannya modis sehingga tidak terkesan dewasa, tapi yang paling menarik perhatianku adalah bentuk bodinya yang sangat proporsional, “Gitar Spanyol Cing”. Terbalut kaos ketat lengan cekak warna abu-abu dan legging warna hitam selutut menambah tonjolan-tonjolan tubuhnya semakin nampak nyata, sampai-sampai aku meneguk air liurku, “Glek.. glek,”.

“M.. ma’af Mas..” katanya menyadarkan aku dari kekagumanku.
“Oh oh.. tidak pa.. pa..” sahutku (kok jadi aku yang gugup bathinku “).
“Maafkan saya Mas, saya tidak segaja.. lagi ngelamun jadi tidak sadar kalau ada orang,” ujarnya menjelaskan.

“Mas mau pulang..? tambahnya lagi.
“Ii.. iya..” jawabku.
“Oke.. sebagai pernyataan maaf saya, gimana kalo Mas saya antar pulang. Ayo mari masukMas!” pintanya tanpa menunggu persetujuanku.

Baca juga - Ketagihan Dengan Pembantu Baru Ku

Wah kesempatan yang tidak boleh kusia-siakan nih.
“Bagaimana ya..” kataku.
“Please.. ” katanya.

Tanpa basa basi lagi aku langsung masuk ke Balenonya yang langsung meluncur.
“Ngomong-ngomong dari tadi kita belum kenalan, saya.. Conny,” katanya memecah kekakuan.
“Saya Irwan, Mbak,” timpalku.

Ternyata Mbak Conny enak diajak ngomong tentang apa saja, orangnya supel. Dan sampai aku juga tahu bahwa ia adalah istri kedua dari salah seorang pengusaha sukses yang meninggal karena kecelakaan mobil setengah tahun lalu. Menurut dia suaminya dibunuh karena persaingan dengan seteru bisnisnya.

“Maaf Mbak, kalau saya mengingatkan,” kataku.
“Tidak.. papa Wan,” sahutnya.
“Wan kamu tidak papa kan ke rumah Mbak dulu. Mandi dulu ya, nanti setelah itu baru kita ke rumah kamu gimana?”
“Terserah Mbak deh,” kataku mengiyakan.

Kami tiba di rumahnya di salah satu kawasan pemukiman elit yang terkenal. Wah ternyata rumahnya cukup besar dan asri.
“Masuk Wan!”
“Makasih Mbak.”
.”Wan kamu mandi dulu ya,” katanya sambil menunjukkan kamar mandi.
“Nanti Mbak siapkan pakaian untukmu, kan baju sama celana kamu basah, biar di cuci di sini saja, Mbak juga mau mandi dulu.”

Kulepas semua pakaian sehingga sekarang aku sudah telanjang dan siap untuk mandi. Iseng aku mengingat Mbak Conny yang aduhai tanpa sadar “si Jonny” tiba-tiba mengeras. Aku membayangkan jika Mbak Conny mengatakan, “Wan, maukah menyenangkan Mbak?” Kurasakan “si Jonny” semakin keras seiring imajinasiku tentang Mbak Conny wajah cantiknya, kulit putihnya yang halus mulus tanpa cacat, dua gunung kembarnya yang ukuran 34 dan pantatnya yang besar. Kukocok-kocok batang kemaluanku, sementara khayalanku dengan Mbak Conny semakin menjadi-jadi, dan tiba-tiba “Cklok..” pintu dibuka, aku terkejut tanpa bisa berbuat apa-apa. Tadi aku lupa mengunci pintu kamar mandi, ternyata Mbak Conny sudah berdiri di hadapanku.

“Maaf Wan, aku lupa ngasih handuk ke kamu.”
“Oh iya Mbak,” kataku.
Mbak Conny tidak langsung pergi ia tertegun melihatku telanjang bulat dan sekilas kulihat ia melirik batang kemaluanku yang dari tadi sudah tegang. “Mbak mau mandi berdua denganku?” tanyaku asal. Mbak Conny tidak menolak dan juga tidak mengiyakan, naluri kelelakianku mulai jalan, kutarik lembut tangannya ke dalam dan kukunci pintu kamar mandi, tanpa menunggu reaksinya lebih lanjut kusentuh wajahnya dengan lembut, “Mbak cantik sekali,” aku mulai melancarkan rayuan, “Masa sih Wan, Mbak kan sudah 30 lebih, kamu bisa saja.”

Kucium pipinya dengan lembut lalu bergeser ke bibirnya yang seksi. “Wan!” keluhnya lirih, “Mbak saya sangat mengagumi Mbak,” bisikku lembut di telinganya, sambil kuletakkan tanganku melingkari lehernya. Kembali kukecup lembut bibirnya, kali ini dia membalas dengan hangat, beberapa saat adegan cium itu berlangsung, tanganku mulai “bergerilya”, kuusap punggungnya, terus turun ke bawah, ke bagian pantatnya, kurasakan bongkahannya masih sangat padat, kuremas-remas dengan lembut. Kali ini ia yang melingkarkan tangannya ke pinggangku, semakin erat, kurasakan gunung kembarnya menggencet dadaku kenyal dan lembut kurasakan.

Kami semakin bernafsu, batang kemaluan yang sudah dari tadi tegang tambah kurasakan berdenyut-denyut. Kurasakan aku semakin terangsang, segera saja kubuka baju mandi Mbak Conny. Terlihatlah pemandangan yang sangat indah, aku terdiam sejenak mengagumi keindahan tersebut, kulihat payudaranya yang besar dan masih kencang. Kutelusuri semua bagian tubuhnya tanpa ada bagian yang terlewatkan, sampai pada “area kenikmatan” Mbak Conny. Aku semakin terangsang karena pussy Mbak Conny mulus tanpa ditumbuhi bulu sedikitpun. Kali ini langsung kuserbu payudaranya, kuraba-raba sambil terus kissing sambil sesekali terdengar rintihannya, “Ohh.. Wan mhmm..” kujilati kupingnya terus menjalar ke leher, dada, dan sampai ke payudaranya, kujilat, kumainkan putingnya dengan lidahku, aku semakin bernafsu.

“Waan, ohh..”
“Hmm, Mbak.. Mbak cantik sekali.”
Kali ini tangannya mulai kurasakan lebih aktif, dirabanya punggungku turus turun ke pantatku kemudian ke depan mencoba meraih batang kemaluanku dipegangnya dengan lembut, dikocoknya pelan-pelan sambil berkata, “Wan, punyamu lumayan besar juga. Mbak mau merasakannya Wan.. ohh,” kembali erangannya terdengar karena aku masih sibuk memainkan pentil payudaranya dengan ujung lidahku.

Mulai bosan dengan payudara, kuangkat badannya, kududukkan ke pinggir bak air. Kembali aku menjilati perutnya, kukukek-kucek liang pusatnya masih dengan ujung lidahku, terdengar kembali erangannya lebih keras, “Ooouhh.. hmm.. ahh..” mungkin Mbak Conny sudah terangsang hebat. Keadaan ini tidak kubiarkan langsung kuarahkan lidah ku ke arah belahan pussy tanpa bulu yang indah sekali, tercium olehku bau khas kewanitaannya. Aku semakin bernafsu kujilati pussy Mbak Conny yang sudah mulai basah dengan lendir kumainkan ujung lidahku menelusuri setiap millimeter dari “benda enak gila” itu. Tubuh Mbak Conny semakin terguncang hebat menikmati permainan lidahku, nafasnya memburu, sudah tidak beraturan lagi sambil terus mengerang, “Oouusshh aahh,” merintih tidak karuan keenakan.

Ujung lidahku masih menempel pada benda enak milik Mbak Conny kali ini bagian terakhir yang akan kugarap. Benda sebesar biji kacang yang terletak di atas lubang pussy-nya. Hooaah, hmm hh oouuhh, Wan terus sayang terus.. terus.. Ouuhh uuhh terus..” Kali ini Mbak Conny pasti hampir mencapai puncak gunung kenikmatannya, dan aku terus saja memainkan lidahku dengan ganas di liang pussy-nya yang semakin banjir oleh cairan kewanitaannya yang nikmat di lidahku. Sampai suatu saat ia menjabak rambutku, dan menekan kepalaku ke selangkangannya seakan-akan jangan sampai lepas. “Ooouuhn mm ohh.. ohh, Wan terus Wan.. Mbak mau keluarrhh..” sampai suatu sentakan hebat akibat kontraksi otot-otot badannya yang menegang. “Waan Mbak keluaar hh..”

Beberapa saat badannya masih tersengal-sengal, sambil berkata padaku,
“Wan makasih, kamu hebat, Mbak sudah lama tidak merasakannya sejak suami Mbak meninggal.” “Sama-sama Mbak, saya juga sangat menikmatinya, saya suka sama Mbak,” ujarku.
“Kali ini giliran kamu ya, Wan. Sekarang kamu duduk di pinggir sini,” katanya.
Di kecupnya bibirku, dilumatnya, lidahnya sengaja dimasukkannya menjalari seluruh rongga mulutku sambil sesekali menghisap lidahku, kali ini aku sedikit tidak menguasai keadaan, tangan Mbak Conny masih terus memegang batang kemaluanku sambil terus mengocoknya, “Ooohh..” kali ini aku yang dibuatnya mengeluarkan suara keenakan.

Ah, lidahnya sudah hampir di puting susuku, dimainkannya lidahnya yang membuat sensasi tersendiri. “Aahh.. enak gila,” sambil terus mengocok batang kemaluanku. Mbak Conny terus menjilati bagian tubuhku sampai akhirnya dia menjilati kepala kemaluan. Dia terus memainkan lidahnya menjilati, kepalanya, batangnya, biji kemaluan tidak luput dari sasaran lidahnya. “Ahh, Mbak.. enak Mbak ahh..” Mendengar rintihanku dia memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya, “Ooh.. terus Mbak..” pintaku. Turun-naik kepalanya mengisap batang kemaluanku sampai keadaan dimana aku merasakan kejang dan batang kemalaunku berdenyut-denyut sangat hebat, “Ooohh.. ohh.. aku hampir keluar Mbak..” Semakin ganas kepalanya turun-naik, semakin mempercepat kocokan dan sedotannya dan.. “Croot.. croot.. croot..” batang kemaluanku memuntahkan sperma ke dalam mulut Mbak Conny dan dengan bernafsu ditelannya sperma tersebut dan sisanya dijilatnya sampai bersih.

“Makasih Mbak,” kataku.
“Sama-sama Wan,” katanya dengan lembut.
“Oke sekarang kita mandi dulu biar segar dan kita ulangi lagi nanti ya di kamar.”
Aku masih mengenakan handuk yang dililitkan ketika Mbak Conny datang membawa segelas susu coklat hangat dan memberikannya kepadaku.
“Minum dulu sayang, biar tambah segar.”
Kuseruput coklat hangat, “Aaahh..” kurasakan kehangatan menjalari tubuhku dan kurasakan kesegaran kembali.

Kami berciuman kembali, Mbak Conny tampak sangat menikmati ciumanku ini, matanya terpejam, nafasnya mendesah, dan bibirnya dengan lembut mengecup sambil sesekali menghisap bibir dan lidahku, jari jemari lentik guruku itu mulai bergerak turun menyusup ke balik handukku menuju buah pantatku. Batang kemaluanku yang hanya ditutupi handuk kecil itu segera berdiri tegang. Bagian bawah kepala kemaluanku itupun langsung tergencet oleh perut Mbak Conny yang langsung menyalurkan getaran-getaran kenikmatan ke seluruh urat syarafku.

Jari-jemarinya mulai meraba kedua buah pantatku. Mula-mula rabaannya melingkar perlahan, makin cepat, makin cepat, sampai akhirnya dengan suara mendesah, diremas-remasnya dengan penuh nafsu. Aku mencium dan menjilati telinga Mbak Conny, sehingga membuat tubuh janda cantik itu menggelinjang-gelinjang, “Ohh Wan.. gelii.. ss..” Kuturunkan bibirku dari kuping menelusuri leher, terus turun ke dada, jari jemarinya pun terasa semakin keras meremas-remas pantatku. Seraya mengecupi areal dadanya, jemariku membuka satu persatu kancing seragam kebanggaannya itu hingga terlihat belahan payudaranya yang besar menyembul dari balik baju mandinya. Bentuknya menghadap ke atas dengan puting yang langsung mengarah ke mukaku. Amboi seksinya, tanpa membuang waktu kulahap payudara itu dengan gemas. Kusedot-sedot dan kujilati putingnya yang sudah menegang itu. Tiba-tiba tangan kanan Mbak Conny berputar ke arah depan. Dengan sekali sentak maka terjatuhlah penutup satu-satunya tubuhku itu.

Kulirik kaca lemarinya, di sana terlihat badan tegapku yang bugil tengah menunduk menghisap payudara wanita berbadan montok yang masih dibalut pakaian mandinya. Dari kaca riasnya kulihat Mbak Conny mengalihkan tangan kanannya ke arah selangkanganku dan.. “Slepp!” dalam sekejap batang kemaluanku sudah berada dalam genggamannya. Dengan lembut dan penuh perasaan ia mulai mengocok batang kemaluanku ke atas.. ke bawah.. ke atas.. ke bawah. Uff.. tak bisa kuceritakan nikmat yang kurasakan di selangkanganku itu. Apalagi ketika sesekali ia menghentikan kocokannya dan mengarahkan jempolnya ke urat yang terletak di bawah kepala batang kemaluanku.

“Aaahh.. Mbaak.. aahh..” aku hanya bisa mengerang keenakan seraya terus mengecup dan menjilati payudaranya. Tiba-tiba Mbak Conny mendorong tubuhku hingga terduduk di atas ranjang busanya dan ia sendiri kemudian berlutut dihadapan selangkanganku. Ia menengadahkan kepalanya dan menatap mataku dengan pandangan penuh nafsu.

Bersamaan dengan itu, ia menciumi kepala batang kemaluanku, kemudian menjilati lubang penisku yang sudah dipenuhi dengan cairan lengket berwarna bening. Tiba-tiba ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya dan apa yang kurasakan berikutnya adalah kenikmatan yang tak terlukiskan. Mbak Conny memasukkan dan mengeluarkan penisku di dalam mulutnya dengan gerakan yang cepat sambil menggoyang-goyangkan lidahnya sehingga menggesek urat bawah kepala penisku itu. “Aaahh.. ouuhh.. Mbak! aakh.. ouhh..” aku hanya bisa terduduk sambil mengerang nikmat dan Mbak Conny tampak begitu menikmati kemaluanku yang berada di dalam mulutnya, sampai-sampai ia memejamkan matanya.

Tangan kiriku kembali meremas-remas payudara Mbak Conny sedangkan tangan kananku menyentuh bagian bawah buah pantatnya. “Mmmh.. mmhh..emmhh..” rintihnya sambil terus mengulum batang kemaluanku ketika kuraba-raba lubang kemaluannya. Mbak Conny semakin memperkuat sedotannya sehingga memaksaku untuk semakin mengerang tak keruan, seakan tak mau kalah, kumasukkan tanganku ke selangkangannya dari arah perut, dan dengan mudah jemariku mencapai vagina yang sudah sangat basah itu.

Dalam 3 detik jariku menyentuh sebuah daging sebesar kacang yang sudah menonjol keluar di bagian atas vagina Mbak Conny, jari tengah dan telunjukku segera mengocok “kacangnya” dengan cepat. “Mmmhh.. mmhh.. aahh..” Mbak Conny melepaskan penisku dari mulutnya untuk berteriak histeris menikmati kocokanku di klitorisnya. Sekitar 5 menit kami saling mengocok, meremas, dan menghisap diikuti dengan gelinjangan dan jeritan-jeritan histeris, ketika tiba-tiba Mbak Conny menengadahkan mukanya ke arahku dan merintih, “Wan.. please sekarang..” Tanpa menunggu kata-kata selanjutnya kuangkat tubuh janda cantik itu dari posisi berlututnya. Kusuruh dia meletakkan kedua tangannya di atas meja menghadap cermin rias sehingga Mbak Conny kini berada dalam posisi menungging. Tampak buah dadanya bergelayut seakan menantang untuk diperah. Kurenggangkan kedua kaki mulusnya, kugosok-gosokkan penisku di belahan pantatnya sebelum kuturunkan menelusuri tulang ekornya, anus dan kutempelkan di pintu belakang vaginanya.

Perlahan-lahan kusodokkan penisku ke dalam vagina kecil yang sudah sangat banjir itu, “Aaahh..” Mbak Conny menggigit bibirnya menikmati senti demi senti penisku yang tengah memasuki vaginanya, semakin dalam kumasukkan batang kemaluanku dan semakin dalam.. “Ooohh Wan.. oohh..” dan.. “Aaakhh..” jeritnya ketika dengan keras kusodokkan penisku sedalam-dalamnya di vagina janda cantik itu. Tampak janda cantik itu masih menggigit bibirnya menikmati besarnya batang kemaluanku yang terbenam penuh di dalam vaginanya. Dengan segera kupompakan kemaluanku dengan cepat dari arah belakang. Kutempelkan perut dan dadaku di punggung perempuan itu dan kedua tanganku dengan keras meremas-remas dan memelintir kedua puting buah dada Mbak Conny yang sudah sangat keras itu.

“Ohh.. ohh.. ouuhh..” Tiba-tiba Mbak Conny mengangkat kepala dan badannya ke arahku dengan menengok ke arah kiri dan menjulurkan lidahnya. Dengan cepat kusambut lidah yang menggairahkan itu dengan lidahku dan kami pun berciuman dengan posisi Mbak Conny yang tetap membelakangiku. Karena ia menegakkan badannya, Mbak Conny menaikkan kaki kirinya ke atas meja riasnya untuk memudahkan aku terus menyodokkan batang kemaluanku.

Sambil terus melumat bibirnya dan menyodok, tanganku kembali meremas-remas kedua payudaranya. Tangan kiri Mbak Conny menjambak rambut di belakang kepalaku untuk mempererat tautan bibir kami. Ketiaknya menyebarkan wangi khas yang membuatku semakin bernafsu lagi. Tiba-tiba Mbak Conny merintih-rintih sambil terus mengulum lidahku. Tampak alisnya mengerut, wajahnya mengekspresikan seakan-akan kenikmatan yang amat sangat menjalari seluruh tubuhnya, ia dengan cepat membimbing tangan kananku yang masih asyik meremas payudaranya untuk kembali memainkan kacangnya. Goyangan pinggulnya menjadi semakin cepat tak terkendali, dinding vagina mulai terasa berdenyut-denyut, tiba-tiba.. “Aaahh aahh oouuhh.. Wan.. Mbak keluaarr.. aahh..”

Malam itu beberapa kali aku dan Mbak Conny mengulangi “gulat gaya bebas” itu sampai akhirnya kami sama-sama tertidur kecapaian. Aku segera terbangun ketika menyadari ada seberkas sinar yang menerpa wajahku. Aku segera menyadari bahwa aku berada di rumah Mbak Conny. Dan ia sudah bangun dan tidak berada di kamar ini lagi, kulihat jam dinding menunjukkan pukul 10.00 dan lagi-lagi.. oh shiit, aku terlambat masuk kantor. Sial, lagi-lagi sial.



Poker uang asli, bolaasia, hokipoker, genjipoker, agen bola terpercaya, agen teraman, agen bola. Champion liga malam, team favorit, togel uang asli, bandar darat togel, sbobet uang asli, main sbo online, sbobet terpercaya, ibcbet terpercaya,

Hokipoker - Sial Pembawa Nikmat