Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,


Malmat4 - Marissa (24 tahun, selanjutnya disebut Risa) adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Yogyakarta. Setelah semester 6 ini dia libur selama sekitar satu bulan. Dia mengisi waktu dengan melakukan kerja praktek pada sebuah industri di sebuah kota di Jawa Tengah. Karena tidak mempunyai saudara atau teman di kota tersebut, maka oleh direksi industri tersebut dia dititipkan ke rumah kontrakan salah satu karyawati yang bernama Gia Amalia (23 tahun, selanjutnya disebut Gia). Kebetulan Gia tinggal sendirian di rumah itu.

Malam itu Risa telah tiba di rumah Gia dan langsung dijamu dengan makan malam. Mereka berdua berbincang-bincang mengenai banyak hal. Selesai makan malam pun mereka masih asyik berbincang-bincang. Selama berbincang-bincang tersebut Risa sesekali melirik kedua payudara Gia yang berukuran 40. Kedua payudara Gia yang dilapisi bra berwarna hitam dan kaos putih ketat itu membuat iri Risa. Dia iri karena kedua payudaranya hanya berukuran 32.

“Kenapa Ris?” Tanya Gia yang rupanya memperhatikan lirikan mata Risa.
“Nggak kok.” Elak Risa sambil tersenyum.
“Jujur saja. Aku tahu apa yang kau pikirkan.”
“Bener mbak. Nggak apa-apa kok.” Risa masih mengelak. Dia juga menyebut Mbak kepada Gia meskipun dia lebih tua dari Gia. Risa sendiri yang minta untuk memanggil Gia dengan sebutan Mbak ketika tiba di rumah Gia karena alasan senioritas. Gia telah bekerja sedangkan dia masih kuliah.

“Kamu heran ya? Kenapa kedua payudaraku lain dengan kedua payudaramu?”
“Iya. Diapakan mbak? Pakai obat ya mbak?” Tanya Risa yang rambut lurus cepaknya berwarna kemerah-merahan.
“Pakai oil.” Jawab Gia singkat.
“Boleh minta?”
Gia hanya mengangguk dan berdiri dari kursi menuju kamarnya.
“Nggak usah sekarang mbak. Besok saja. Risa sudah ngantuk. Mau tidur. Besok kan mulai kerja.” Cegah Risa yang juga berdiri dari kursi.

Gia yang rambut panjangnya berombak dan hitam serta diikat membalikkan tubuhnya dan membereskan meja makan dibantu oleh Risa sambil membicarakan masalah-masalah pekerjaan besok. Setelah itu mereka berdua menonton televisi. Hanya sebentar Risa menonton televisi. Gia menyuruh Risa tidur di kamar yang telah disiapkannya. Dia sendiri juga menyusul tidur.

Risa yang masih lelah karena perjalanan dari Yogya berusaha tidur. Bayangan kedua payudara Gia yang besar membuatnya sulit tidur. Akhirnya setelah beberapa saat dia pun tertidur. Pagi harinya dia terbangun. Dia lalu menuju dapur. Disana telah ada Gia yang tingginya sama dengan tingginya, yaitu sekitar 165 cm. Beratnya saja yang beda. Beratnya sekitar 48 kg. Sedangkan berat Gia sekitar 50 kg. Dia sedang membuat teh. Risa menghampirinya. Gia yang menyadari kedatangan Risa lalu berbalik.

“Bagaimana? Bisa tidur nggak?” Tanya Gia.
“Nggak bisa mbak. Ingat payudara Mbak sih.” Jawab Gia sambil tersenyum yang dibalas oleh Gia dengan senyuman. Kemudian lanjutnya.
“Boleh nggak mbak, Risa lihat kedua payudara mbak?”
Tanpa menunggu persetujuan Gia, Risa sudah membuka ikatan kimono tidur berwarna coklat yang dipakai Gia.

Rupanya tubuh berkulit sawo matang tersebut hanya memakai celana dalam berwarna putih. Gia juga membuka ikatan kimono tidur berwarna hitam yang dipakai Risa. Sama dengan dirinya. Risa yang berkulit putih mulus juga hanya memakai celana dalam berwarna kuning. Mereka berdua menjatuhkan kimono masing-masing ke lantai. Dan Risa langsung membelai payudara kanan Gia.

“Eeehmm..” Desah Gia.
Gia lalu membalikkan tubuh Risa. Dibelainya tato bergambar kepala cewek di punggung sebelah kanan Risa. Dia lalu membelai paha kiri Risa dengan tangan kirinya.
“Eeehmm..” Desah Risa.
Lalu diturunkannya celana dalam yang dipakai Risa sampai terlepas dari tubuhnya. Kemudian giliran Risa yang menurunkan celana dalam yang dipakai Risa sampai terlepas juga dari tubuhnya. Risa lalu jongkok dan membelai belahan kedua payudara Gia dengan tangan kanannya.
“Eeehmm..” Desah Gia.

Tangan kiri Gia lalu memegang tangan kanan Risa dan diremaskannya ke payudara kirinya.
“Ooohh..” Desah Gia.
Risa lalu mundur dan duduk di kursi sambil menarik tubuh Gia. Sambil duduk dia menjilati payudara kanan Gia.
“Eeehmm..” Desah Gia.
Tangan kirinya membelai vagina Gia. Tangan kirinya lalu meremas payudara kanan Gia dan lidahnya menjilati puting payudara kanan Gia.
“Ooohh..aahh..oohh..eehmm..” Desah Gia.
Beberapa saat kemudian Risa membalikkan tubuh Gia. Dari belakang kedua tangannya lalu membelai kedua payudara Gia dan dilanjutkan dengan meremas kedua payudara Gia.

“Eeehmm..oohh..” Desah Gia.
“Sudah Ris. Nanti kita terlambat. Kita kan belum mandi dan sarapan.” Kata Gia sambil melepaskan diri dari jamahan Risa. Kemudian Gia masuk ke kamar mandi yang tepat berada di samping dapur. Risa mengikutinya.
“Bolehkah aku ikut mandi dengan mbak?” Tanya Risa yang masih berdiri di pintu kamar mandi.
Gia yang sedang mandi di bawah pancuran hanya menganggukan kepala sambil tersenyum menantang. Risa kemudian bergabung mandi dibawah pancuran. Dia langsung disambut dengan Gia yang menempelkan tubuhnya ke tubuh Risa. Dia mematikan pancuran dan tangan kirinya membelai vagina Risa dan tangan kanannya memeluk pinggang Risa.

“Ooohh..aahh..” Desah Risa.
Kemudian Gia semakin merapatkan tubuhnya yang basah ke tubuh Risa yang juga basah. Kedua payudaranya menempel di kedua payudara Risa yang kecil.
“Ooouhh..” Mereka berdua sama-sama mendesah.

Bibirnya ditempelkan juga ke bibir Risa. Mereka berdua berciuman dan saling berjilatan lidah. Tiba-tiba Risa terpeleset. Untung dia bisa cepat menguasai tubuhnya sehingga dia tidak merasa kesakitan. Tapi dia tidak segera berdiri. Dia ingin Gia menolongnya.

Dengan harapan dia dapat menarik tubuh Gia supaya ikut terjatuh. Ternyata Gia mengambil selang pancuran dan airnya disemprotkan ke vagina Risa. Hanya sebentar. Dia lalu berjongkok dan menyabuni vagina Risa dengan sabun. Diciumnya juga bibir Risa yang membalas dengan hebatnya. Lama sekali Gia menyabuni vagina Risa sambil sesekali jari tengah tangan kanannya dimasukkan ke vagina Risa. Sementara tangan kirinya menuangkan sabun cair ke dalam bathtub.

Lalu Gia menarik tubuh Risa untuk masuk ke dalam bathtub. Mereka berdua lalu saling mengusapkan busa sabun ke tubuh mereka. Sesekali mereka berdua berciuman sambil saling menjilatkan lidah. Mereka berdua juga saling berpelukan dan menempelkan kedua payudara mereka.
“Ooouhh..” Mereka berdua sama-sama mendesah.

Kemudian Risa membersihkan busa sabun yang berada di kedua payudara Gia dengan kedua tangannya. Dijilatinya puting payudara kanan Gia.
“Eeehmm..” Desah Gia.

Perlakuan Risa membuat tubuh Gia semakin naik dan menjadikan dia berdiri dengan bersandar pada dinding kamar mandi. Risa sudah tidak lagi menjilati puting payudara kanan Gia. Kini dia membersihkan busa sabun di vagina Gia dengan air. Lalu dia menghisap vagina Gia dengan lidahnya.
“Aaaghh..oohh..” Desah Gia.

Gia hanya bisa meremas-remas sendiri kedua payudaranya dengan kedua tangannya. Sesekali tangan kiri Risa juga meremas payudara kiri Gia.
“Ooohh..” Desah Gia.

Mulutnya naik kembali ke atas dan menghisap payudara kiri Gia sambil jari tengah tangan kanannya mengocok vagina Gia.
“Oooughh..aahh..oouhh..” Desah Gia.
Dia lalu menempelkan kedua payudaranya ke kedua payudara Gia.
“Ooouhh..”

Dipeluknya Gia sambil menjilati lehernya. Tangan kiri Gia juga meremas pantat Risa.
“Eeehmm..” Mereka berdua sama-sama mendesah.
Risa kemudian menyodorkan payudara kanannya yang kecil ke mulut Gia yang mau saja menghisapnya.

“Oooughh..” Desah Risa.
Tetapi hanya sebentar. Gia menuntun Risa untuk membungkuk dengan kedua tangan berpegangan pada dinding kamar mandi. Digesek-gesekannya kedua payudaranya ke punggung Risa.
“Ooouhh..” Desah Gia.
Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Mereka berdua kemudian sadar bahwa mereka akan bekerja. Sehingga akhirnya mereka menyudahi permainannya. Mereka berdua kemudian mandi sambil sesekali masih saling membelai tubuh mereka. Terutama Risa yang sering membelai kedua payudara Gia bergantian. Dia terpesona dengan kedua payudara Gia yang besar.

Sore harinya ketika pulang dari bekerja. Permainan mereka berdua berlanjut kembali.
“Mbak. Minta oilnya dong.” Kata Risa.
“Sini.” Kata Gia sambil menarik Risa ke kamarnya.
“Buka semua pakaianmu.” Lanjut Gia.

Risa hanya menurut saja. Dia membuka semua pakaiannya. Ternyata Gia juga membuka semua pakaiannya. Kecuali celana dalam. Gia lalu mengambil sebuah botol dari lemarinya. Botol yang bertuliskan Breast Oil. Kemudian dihampirinya Risa yang sedang melepas miniset yang dipakainya. Dia tinggal memakai celana dalam. Gia kemudian memegang payudara kanan Risa dan menuangkan isi botol ke payudara kanan Risa setelah membuka tutupnya. Tangan kirinya kemudian meremas-remas payudara kanan Risa.

“Ooohh..” Desah Risa.
Kemudian remasan tangan kirinya berpindah ke payudara kiri Risa.
“Ooohh..” Desah Risa.
Dia lalu membalikkan tubuh Risa dan menuangkan isi botol ke punggungg Risa. Diletakkannya botol itu ke meja dan dengan kedua tangannya diratakannya cairan itu ke seluruh tubuh Risa bagian atas.
“Eeehmm..” Desah Risa.

Lalu dibalikkan kembali tubuh Risa sambil tangan kanannya mengambil botol di meja. Diserahkannya botol itu ke Risa.
“Gantian ya.” Kata Gia.
Risa hanya mengangguk sambil menerima botol itu dari tangan Gia. Dia kemudian menuangkan isi botol ke kedua payudara Gia sekaligus dalam jumlah besar. Kemudian dilemparkannya botol itu ke tempat tidur setelah ditutup. Kedua tangannya kemudian meratakan cairan itu ke seluruh tubuh Gia bagian atas terutama ke kedua payudara Gia.

“Eeehmm..oohh..” Desah Gia.
Setelah dirasa cukup, Gia lalu memeluk Risa dan menggesek-gesekkan kedua payudaranya ke kedua payudara Risa selama beberapa menit.
“Ooouhh..”
Lalu mereka berdua melepaskan pelukan dan saling meremas kedua payudaranya.

“Ooohh..”
Gia menghentikan remasannya pada kedua payudara Risa. Dia keluar kamar dan mengambil dua botol air mineral dari kulkas. Dia masuk kembali ke kamar dan dilihatnya Risa masih meremas sendiri kedua payudaranya.

“Ooohh..” Desah Risa.
Di depan Risa, Gia membuka salah satu botol dan dengan menari-nari dia mengucurkan sedikit demi sedikit air itu ke kedua payudaranya. Gia membersihkan cairan dengan air mineral itu.
“Eeehmm..” Desah Gia.

Risa tertarik dan mengambil botol satunya dari tangan Gia. Dengan berhadap-hadapan Risa juga membersihkan cairan pada kedua payudaranya sendiri.
“Eeehmm..” Desah Risa.

Gia melihat sebuah kesempatan. Tangan kirinya meremas dan menjilati payudara kanan Risa yang bertambah besar dari biasanya meskipun tidak sebesar dari yang dia punya.
“Ooohh..eehmm..” Desah Risa.
Dibalikkannya tubuh Risa dan dari belakang tangan kirinya meremas kedua payudara Risa bergantian.
“Ooohh..” Desah Risa.

Sementara tangan kanannya masih mengucurkan air dari botol. Tangan kanan Risa juga mengucurkan air ke kedua payudaranya. Tubuh mereka berdua basah dan Risa membalikkan tubuhnya. Dipeluknya Gia. Kedua payudara mereka yang berbeda ukuran menempel dan saling menggesek.
“Ooouhh..” Mereka berdua sama-sama mendesah.

Hampir tiap hari Gia meremas kedua payudara Risa dengan Breast Oil yang berlanjut dengan percumbuan yang sangat panas.. Sampai akhirnya kedua payudara Risa sama besarnya dengan kedua payudaranya bertepatan dengan berakhirnya masa kerja praktek Risa di tempat Gia bekerja.


Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Payudara Kecil VS Payura Besar Mantap

Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Malmat4 - Sepertinya aku harus mengubur dalam-dalam impianku untuk menjadi satu-satunya perempuan dengan gelar MBA di kampung ini. Sia-sia sudah semua jerih payah selama masa kuliah dulu. Semuanya berawal dari datangnya musim kemarau yang berkepanjangan tahun lalu.

Untuk mengembangkan usahanya, Abah telah mendapatkan kredit yang lumayan besar dari sebuah bank swasta. Semula, Abah tidak mengalami kesulitan untuk membayar cicilan kreditnya karena hasil yang diperoleh Abah dari perkebunannya yang luas dan modern sangat berlimpah. Karena itulah Abah dapat mengirim aku ke Jawa untuk kuliah di sebuah universitas terkemuka di negeri ini.

Namu, musim kemarau berkepanjangan tahun lalu telah menghancurkan semuanya. Semua tanaman di ladang dan kebun Abah mati kekeringan. Karena stress, Abah terkena stroke dan aku pun harus membatalkan niatku untuk melanjutkan kuliah di tingkat S2.

Semakin hari kondisi Abah tambah menurun. Kami sekeluarga harus menjual barang-barang berharga kami untuk biaya pengobatan dan membayar cicilan kredit ke bank. Pada bulan ke-enam, kami sudah tidak punya apa-apa lagi yang dapat kami jual, sementara rumah dan lading sudah diagunkan Abah ke bank untuk mendapatkan kredit sehingga tidak mungkin kami menjualnya.

Sebulan yang lalu, beberapa orang petugas bank datang menagih pembayaran cicilan kredit yang sudah tidak lagi dapat kami bayar selama tiga bulan. Mereka mengancam akan menyita rumah dan lading apabila kami tidak dapat melunasi tunggakan pembayaran dalam waktu dua minggu. Kami hanya bisa menangis, memohon belas kasihan orang-orang bank itu. Namun, mereka hanya petugas rendahan yang tidak memiliki wewenang besar, sehingga mereka tidak dapat membantu kami.

Di tengah kekalutan, datang seorang laki-laki paruh baya yang bersedia membantu kami. Dia adalah salah seorang terkaya di kampung kami, yang juga sekaligus merupakan saingan usaha Abah. Kami mengenal pria ini sebagai Pak Kusrin. Semua hutang-hutang kami dibayar lunas oleh Pak Kusrin pada hari itu juga. Kami semua sangat senang dan berterima kasih pada Pak Kusrin, karena tanpa dia, kami mungkin harus tinggal di kolong jembatan atau emperan toko.

Malam itu Pak Kusrin datang ke rumah kami dan aku menemani Mak untuk menemuinya. Tak disangka, ketika Mak pergi menengok Abah di kamar, Pak Kusrin mengatakan hal yang tidak pernah terlintas di pikiranku.

“Kamu sadar, kan … Wati, Utang abah kamu besar sekali. Saya harus mengeruk tabungan untuk melunasinya. Tentunya saya tidak mau itu dianggap amal jariah. Saya harus mendapatkan sesuatu. Saya ingin mendapatkan kamu, Wati,” kata Pak Kusrin.

“Ma …. Mmaa …maksud Pak Kusrin, bapak mau mengambil saya sebaga istri?” tanya ku terbata-bata.

“Wati … Wati …Kalau saya mengambil kamu sebagai istri, maka hubungan utang piutang di antara kita akan hilang. Saya tidak mau itu. Saya bilang kan tadi saya ingin mendapatkan kamu, tubuh kamu persisnya. Saya ingin menikmati tubuh kamu sampai saya anggap utang itu lunas,” kata Pak Kusrin sambil menyeringai.

Begitu mendengar keinginan Pak Kusrin, Mak langsung meminta Pak Kusrin pergi dari rumah kami, namun Pak Kusrin membalas ucapan Mak dengan mengatakan bahwa dial ah yang sebenarnya berhak untuk mengusir kami dari rumah ini.

Pak Kusrin benar dan kami tidak punya alasan lain untuk membantahnya. Aku dan Mak menangis sambil berpelukan. Namun aku sadar bahwa dengan merelakan tubuhku, aku akan dapat menyelamatkan kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi. Karena itu, aku mengiyakan permintaan Pak Kusrin.

Malam itu, Pak Kusrin menjadi lelaki pertama yang menyetubuhi aku. Aku merelakan keperawananku untuk membayar utang Abah. Di sini, di kamar ini, untuk pertama kalinya aku melayani laki-laki. Pak Kusrin bahkan tidak mau repot-repot menghabiskan uang untuk menyewa kamar hotel untuk menikmati tubuhku. Begitu aku mengiyakan niatnya, dia meminta aku bersiap-siap di kamarku sambil menunggu obat kuat yang diminumnya bereaksi.

Aku masih duduk di ujung tempat tidur ketika Pak Kusrin masuk ke kamarku. Dia langsung menghampiri aku tanpa peduli bahwa dia membiarkan pintu kamarku terbuka lebar dan kemudian membelai rambutku. Tiba-tiba dia membuka retsleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang. Aku terkesiap. Itu adalah kali pertama aku melihat kontol, dan kontol itu ada di depan wajahku.

Pak Kusrin meminta aku mengulum kontolnya. Dengan tangan gemetar aku memegang kotol Pak Kusrin dan memasukkannya ke mulutku. Air mataku berlinang. Betapa tidak, aku yang berpendidikan tinggi ini pada akhirnya terpaksa harus mengulum kotol laki-laki tua. Pak Kusrin menjambak rambutku dan memaksa aku untuk mengocok kontolnya dengan mulutku.

Meski sempat tersedak, aku berusaha untuk menyenangkan lelaki tua bangka ini. Pak Kusrin menikmati layananku sambil mendesah dan mendesis. Setelah beberapa menit berlalu, kotol Pak Kusrin menjadi semakin tegang dan Pak Kusrin memegang kepalaku dengan kedua tangnnya sambil mendorong kontolnya ke dalam mulutku.

Dia mencapai klimaks dan air maninya menyembur keluar di dalam mulut ku. Karena kepalaku tertahn kedua tangan Pak Kusrin, aku terpaksa menelan peju yang keluar agar aku tetap bisa bernafas. Sebagian peju Pak Kusrin meleleh keluar dari mulutku ketika Pak Kusrin menarik keluar kontolnya dan tumpah membasahi bajuku.

Kemudian Pak Kusrin meminta aku membuka semua pakaian yang aku kenakan. Pak Kusrin menjadi lelaki pertama yang pernah melihat aku telanjang bulat. Dia memandangi tubuh mulusku sejenak dan meminta aku rebah di atas tempat tidur, sementara dia melucuti pakaiannya sendiri. Dia naik ke atas tempat tidur dan kedua tangannya mulai mengeranyangi dadaku.

Dia meremas payudaraku dengan lembut sambil memainkan pentilnya. Aku terdiam bagaikan patung. Aku berusaha untuk mengabaikan rasa geli yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya pada buah dadaku. Salah satu tangannya meraih ke selangkanganku dan membelai lembut memekku. Sementara itu, dia memainkan lidahnya pada salah satu payudaraku.

Aku begitu marah pada diriku sendiri karena aku seharusnya tidak menikmati apa yang dia lakukan pada tubuhku, namun aku tidak kuasa menahannya. Pak Kusrin telah memberikan sensasi yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sensasi yang membuat aku melambung ke awing-awang.

Tanpa sadar aku membuka lebar-lebar kedua pahaku dan mengerak-gerakkan pantatku. Pak Kusrin membuka bibir memekku dan dengan jari-jarinya dia mulai menggosok-gosok itilku dengan lembut. Mulutnya tak henti-hentinya menyedot pentil buah dadaku.

Tubuhku sudah di luar kendaliku sendiri karena nafsu birahi telah menguasaiku. Kini aku yang mendesah dan mendesis. Perlahan-lahan kepala Pak Kusrin berpindah dari dadaku, turun ke perutku dan akhirnya dia menempatkan kepalanya di selangkanganku. Kini dengan lidah dan bibirnya dia melahap memekku.

Habis sudah pertahananku. Aku kini bahkan menyodor-nyodorkan memekku sambil memembelai dan sesekali merenggut rambutnya. Sensasi yang tak pernah aku rasakan itu begitu indah dan nikmat.

Melihat aku sudah sangat terangsang, Pak Kusrin berhenti dan mengambil posisi di antara kedua pahaku. Kontolnya dia gesek-gesekkan ke itil dan lubang memekku. Aku yang sudah dikendalikan nafsu justru mengangkat pantatku sehingga ujung kotol Pak Kusrin menyodok masuk ke lubang memekku.

Aku tersentak. Sensasi yang aku rasakan ternyata jauh lebih nikmat sehingga tanpa sadar aku memohon Pak Kusrin untuk cepat-cepat memasukkan kontolnya ke memekku yang sudah basah oleh cairanku endiri dan liur Pak Kusrin.

“Masukin, Pak … Masukin …. Aku sudah gak tahan lagi,” kataku.

“Hehehehe … Siapa tadi yang menagis tersedu-sedu gak mau melayani aku? Hahahaha … Nih, aku kasih ….” katanya sambil melesakkan kontolnya ke lubang memekku yang masih sempit. “Agak sakit sedikit, kamu tahan ya …”

“Ahhhhhhh …… Shhhhhhh …. Enakkk …Pak,” kataku. Separuh kotol Pak Kusrin kini sudah masuk ke dalam memekku. Dia mengerakkan pingulnya maju mundur dengan perlahan. Aku meracau dilanda kenikmatan yang timbul karena gesekan dinding memekku dengan kotol Pak Kusrin. Tiba-tiba Pak Kusrin mengigit leherku dan menyentak pinggulnya maju sehingga kontolnya masuk semuanya ke memekku.

“Aaaaauuu …. Sakit …. …Pak!” aku tersentak. Selaput daraku kini sudah tembus di dorong kotol Pak Kusrin. Namun rasa pedih di leher dan rasa kaget karena digigit secara tiba-tiba membuat aku tidak terlalu merasakan pedih yang timbul karena sobeknya selaput daraku. Pak Kusrin cuma terkekeh.

“Gimana? Gak terlalu sakit kan memek kamu?”
“Enggak Pak, tapi pelan-pelan keluar masuknya. Masih agak nyeri …”
Kemudian Pak Kusrin mulai melakukan gerakan memompanya. Awalnya perlahan-lahan dan kemudian semakin cepat.

“Ahhhhh Watiiiii …. Nimaaat bangeeeet ….. “ kata Pak Kusrin.
Aku tidak menjawabnya. Aku terlalu sibuk menikmati persetubuhan itu dan sesekali aku mengangkat pantatku untuk menyambut tusukan kotol Pak Kusrin di memekku. Aku merangkul dan membelai-belai punggung Pak Kusrin.

Aku sudah memperlakukan Pak Kusrin seperti seorang suami. Pak Kusrin mempercepat gerakannya dan aku pun semakin melambung ke angkasa. Aku merasakan dorongan yang sangat kuat di bagian rahimku yang membuat aku seperti mengejan. Reluruh otot-otot di tubuhku mengejang. Memekku berdenyut-denyut.

“AAAAAAAAAAH ……. AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …” aku menjerit keras ketika aku mencapai orgasme pertamaku. Hal yang semula aku lakukan karena terpaksa untuk menyelamatkan martabat orang tuaku ternyata begitu nikmat. Mungkin ini adalah kompensasi yang diberikan Tuhan atas pengorbananku. Tubuhku begitu rileks setelah puncak kenikmatan bersetubuh itu aku capai. Aku terbujur di atas tempat tidur sambil meresapi setiap sensasi yang aku rasakan.

Pak Kusrin yang belum mencapai klimaks tidak terlalu suka dengan kondisi memekku yang sangat basah serta tubuhku yang lemas tanpa reaksi. Dia mencabut kontolnya dari memekku dan berganti posisi. Dia menempatkan kontolnya di antara kedua buah dadaku.

Dia memegang buah dadaku dengan kedua tangannya sehingga kontolnya terjepit kedua benda lembut tapi kenyal itu. Lalu dia menggerakkan pinggulnya dan memperlakukan celah di antara kedua buah dadaku seperti yang dia lakukan pada memekku.

Aku yang masih lemas karena orgasmeku hanya terdiam memandangi kepala kotol Pak Kusrin yang timbul tenggelam dari celah itu. Setelah beberapa menit Pak Kusrin mempercepat gerakkannya dan akhirnya air maninya menyembur membasahi wajah, leher dan payudaraku. Dia pun ambruk di sisiku sambil mengatur nafasnya.

“Bukan main! Asyik sekali yang barusan itu ….” kata Pak Kusri sambil kembali mengenakan pakaiannya. “Mulai hari ini sampai batas waktu yang aku tentukan nanti, kita akan sering melakukannya. Kamu harus siap kapan pun saya ingin menyelipkan kotol ini di memek kamu,” sambungnya sambil berjalan meninggalkan aku yang terbujur lemas di atas tempat tidur.

Begitu aku sadar tentang apa yang telah terjadi, air mataku menitik keluar. Aku tidak menyesali pengorbananku, namun aku menyesali mengapa aku begitu menikmati persetubuhan itu. Aku merasa jijik pada diriku sendiri, tetapi aku tidak bisa memungkiri bahwa kenikmatan yang aku dapat dari persetubuhan itu memang begitu indah. Aku bahkan tidak menyeka mukaku yang berlumuran air mani Pak Kusrin yang bercampur air mataku.

Mak yang rupanya sempat menyaksikan detik-detik terakhir persetubuhanku dengan Pak Kusrin dengan setengah berlari menghambur masuk ke kamar dan menghampiriku “Watiiii …… Maafkan Mak dan Abah ya nak. Karena kami kau harus melakukan ini,” kata Mak sambil membersihkan wajah.

Leher dan dadaku dari air mani Pak Kusrin dengan sapu tangan yang diambilnya dari meja riasku. (Aku masih menyimpan sapu tangan bernoda air mani Pak Kusrin itu dan sesekali aku menciumi aroma laki-laki yang samar-samar masih tersisa di sana). Aku hanya diam mematung di atas tempat tidurku, tak mapu untuk berkata apa-apa. Mak menutup tubuh telanjangku dengan selimut dan menyuruh aku untuk tidur. Aku pun terlelap sampai pagi.

Sebelum pergi meninggalkan rumah kami, Pak Kusrin sempat menaruh beberapa lembar uang ratusan ribu di atas meja riasku. Aku pergunakan uang itu untuk biaya pengobatan Abah dan makan sehari-hari. Sejak saat itu, aku telah menjadi gundik pemuas nafsu birahi Pak Kusrin untuk waktu yang aku pun tidak tahu berapa lama.

Pagi tadi, ketika aku kembali dari pasar, aku bertemu Pak Kusrin di tengah jalan. Dia sedang berdiri sambil mengobrol dengan Pak Jono, sopirnya. Rupanya Pak Kusrin sedang meninjau pembuatan sumur bor di tengah ladangnya. Jalan di desa kami memang tidak pernah terlalu ramai, sehingga Pak Kusrin bisa memarkir mobilnya di bahu jalan tanpa menghalangi orang yang lalu lalang. Pak Kusrin menyapaku dan meminta aku untuk berhenti sebentar.

“Wah baru selesai belanja rupanya …” kata Pak Kusrin.

“Ya, Pak … Untuk makan siang dan makan malam Abah dan Mak nanti,” jawabku.

“Sini kamu. Aku kepingin sarapan dulu,” katanya sambil menarik tanganku untuk mendekatinya.

Menyadari posisiku yang lemah, aku tidak berani melawan. Begitu aku berdiri di sampingnya, Pak Kusrin membuka retsleting celananya dan aku mengerti apa yang dia mau. Aku berjongkok dan mulai mengulum kontolnya. Sambil terus mengawasi orang-orang yang sedang membuat sumur bor, Pak Kusrin menikmati “sarapan pagi” yang sedang aku berikan.

Aku pegang kontolnya dan aku gerak-gerakkan kepalaku maju mundur sehingga kepala kontolnya keluar masuk dari mulutku. Sesekali aku jilati ujung kontolnya sambil beristirahat. Pak Kusrin begitu menikmatinya sehingga dia mengerang, mendesis bahkan kadang bergumam tidak jelas. Suaranya membuat orang-orang yang sedang membuat sumur bor menoleh ke arah kami. Malu juga rasanya ditonton orang, walau hanya cuma beberapa kepala saja.
Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Kotol Pak Kusrin sudah begitu tegang dan keras. Dia meminta aku berdiri dan melepas celana dalamku. Semula aku menolak. “Masak di sini sih, Pak … Kan gak enak ditonton orang,” kataku. “Tenang saja … Ayo cepat buka,” katanya sambil mengocok-ngocok kontolnya dengan tangannya sendiri. Aku angkat rokku dan aku copot celana dalamku dengan hat-hati agar memekku tidak terlihat oleh orang-orang di lading atau Pak Jono yang berdiri tidak jauh dari kami, setelah itu aku lipat dan taruh di keranjang belanjaanku.

Pak Kusrin meminta aku berdiri di samping mobil dan menaruh kedua tanganku di atas kapnya. Pak Kusrin kemudian berdiri di belakangku dan menyingkap bagian belakang rokku. Pantatku yang telanjang terasa dingin diterpa angin. Aku malu sekali karena pantatku bisa dilihat oleh banyak orang sekarang. Akan tetapi bayangan akan disetubuhi di udara terbuka dan disasksikan orang banyak membuat aku agak terangsang. Pak Kusrin sempat tersenyum begitu dia menyentuh memekku dari belakang, karena memekku ternyata sudah cukup basah.

“Wah sudah basah nih, sudah kepingin ya?” katanya. “Baguslah, coba bungkukkan badanmu sedikit biar saya gampang masuk,” sambungnya. Aku mnegikuti keinginannya. Badanku aku bungkukkan sedikit sehinga pantatku agak menonjol ke belakang. Kakiku dilebarkan.

Akhirnya, hal itu pun terjadilah. kotol Pak Kusrin masuk ke dalam memekku yang masih sempit ini. Pak Kusrin masih agak kesulitan menembus lubang di selangkaganku. Pelan-pelan dengan dibimbing tangannya kotol Pak Kusrin akhirnya melesak masuk. Badanku agak bergetar begitu aku merasakan gesekan kotol Pak Kusrin pada dinding-dinding dalam memekku. Perlahan-lahan Pak Kusrin mulai menggenjot kontolnya keluar masuk memekku.

“Ahhhhh ….. Aaaaahhhhhhh …. Aaaaaaahhhhhhh….” desahku pada setiap tusukan. Aku menggoyang pinggulku untuk mengimbangi genkotan Pak Kusrin. “Shhhhhhh …. Yeeeeeaaahhhhhh …… Aaaaaaahhhh …” aku terus mendesah.

“Nikmat sekali … Goyang terus, Wati … Yaaaa …… Kayak gituuuuu …… Uuuuuuuhhhhhhh …..” kata Pak Kusrin. Tangan Pak Kusrin memegangi pinggangku setiap kali dia mendorong kontolnya masuk ke memekku. Sesekali dia meremas buah dadaku dari balik baju.

Sensasi bersetubuh di pinggir jalan dengan beberapa orang yang menyaksikannya sangat luar biasa buat aku. Aku merasa seperti wanita jalang yang hanya punya satu tujuan hidup: seks. Aku sangat menikmati persetubuhan itu sehingga tanpa sadar aku mengeleng-gelengkan kepalaku sambil terus mendesah, mendesis dan bahkan berteriak. Kenikmatan itu sudah mengambil alih kendali atas tubuhku.

“Lebih cepat, Pak …. Lebih cepat ….. Yeeeeeaaaaaahhhh …. Shhhhh …. Genjot lebih cepaaaaat …. Aku sudah mau keluar …” Pak Kusrin pun memenuhi permintaanku. Kontolnya bergerak lebih cepat keluar masuk memekku. Aku merasa sudah hampir mencapai orgasme. Tubuhku mengejang dan melengkung ke belakang hingga berhimpitan dengan tubuh Pak Kusrin.

“Aku mau keluar Pak …. Aku mau keluaaaaarrrrr …. AAAAAHHHHH …. AAAAAAAAHHHHHHHH …..AAAAAAHHHHHHHHHHH ….” Aku berteriak melepaskan semua rasa ketika orgasme meledak-ledak di dalam tubuhku. Orang yang lewat dan para tukang yang sedang bekerja di lading membuat sumur bor mengalihkan perhatian mereka ke arah kami berdua. Aku sudah tidak peduli lagi.

Kenikmatan seksual ini jauh lebih berharga bagiku. Sesaat setelah tubuhku kembali melemas, Pak Kusrin mencabut kontolnya dari memekku dan meminta aku melakukan oral lagi. Hanya beberapa menit saja aku mengulum, mengenyot dan menjilari kotol Pak Kusrin hingga akhirnya kotol itu menumpahkan air mani kental berwarna putih. Sebagian air mani itu membasahi bajuku dan rambutku. Lalu aku menjilati sisa air mani dari kotol Pak Kusrin hingga bersih.

Setelah itu aku membenahi rok dan bajuku dan minta ijin Pak Kusrin untuk pulang. Celana dalam sengaja tidak aku pakai lagi. Di sepanjang jalan, ada beberapa orang yang menoleh ke arahku ketika berpapasan. Aroma air mani segar yang tumpah di bajuku mungkin yang menarik perhatian mereka. Aku terus bejalan tanpa mempedulikan mereka.

Sesampai di rumah aku memberika belanjaanku kepada Mak yang bingung melihat ceceran air mani di bajuku. Tapi dia tidak banyak tanya. Selitas aku melihat air matanya berlinang. Aku pun tidak peduli. Kalau memng aku harus menjadi budak seks Pak Kusrin untuk menolong orangtuaku, mengapa tidak sekalian saja aku menikmati setiap persetubuhan yang aku lakukan. Bagaimanapun, aku toh harus melakukannya ….

Hari ini aku kembali membawa Abah ke rumah sakit untuk melanjutkan pengobatannya. Syukurlah, dokter bilang kondisi Abah sudah banyak kemajuan. Aku menyempatkan diri ketika sedang berada di rumah sakit untuk mengunjungi dokter kandungan. Aku minta pada dokter itu untuk memasangkan spiral di rahimku. Semula dokter menganjurkan aku untuk mengurungkan niatku, namun dengan sedikit kebohongan dia pun bersedia melakukannya.

Aku katakana pada dokter itu bahwa aku sedang menyelesaikan kuliah S2-ku. Kehamilan pasti akan sangat mengganggu. Entah aku dapat ide dari mana untuk mengarang cerita bohong itu. Dengan spiral di rahimku, aku tidak akan takut lagi persetubuhanku dengan Pak Kusrin berakhir dengan kehamilan.

Setelah beberapa hari tidak menyentuh tubuhku, sore tadi Pak Kusrin bertandang ke rumah. Aku tahu apa maksud kedatangannya dan aku pun sudah menyiapkan diriku untuk kembali melayaninya. Bayangan akan kenikmatan orgasme membuat aku menjadi bergairah. Aku sambut Pak Kusrin di pintu depan dan menyilakannya duduk di ruang tamu. Setelah menghidangkan secangkir teh, aku menemani Pak Kusrin berbicang-bincang sebentar.

“Wati, kita ngewek di taman belakang sana yuk …” kata Pak Kusrin. “Sudah lama kan kita gak ngewek.” “Terserah Bapak saja … Saya kan gak bisa nolak,” jawabku pasrah. Pak Kusrin bangkit dari kursi tamu dan menarik tanganku untuk mengikutinya ke taman belakang rumah. Taman di belakang rumah tidak terlalu terbuka. Pagar sampingnya lumayan tinggi, tetapi bagian belakangnya sengaja hanya dipagari dengan pohon perdu setinggi pinggang yang selalu dipangkas rapi.

Di taman itu, ada beberapa buah kursi taman dari batu tanpa sandaran serta sebuah meja batu besar. Di sekelilingya ditumbuhi berbagai tanaman hias dan bunga. Ah, bersetebuh di udara terbuka, membayangkannya saja aku sudah terangsang. Tanpa disentuh pun, memekku sudah basah ….

Pak Kusrin meminta aku menanggalkan semua pakaianku. Dia agak kaget melihat ternyata aku sudah tidak memakai celana dalam. Setelah tidak ada benang sehelai pun yang menempel di kulitku, Pak Kusrin meminta aku duduk di pinggir meja batu besar. Dia juga mencopot pakaiannya, sehingga kami pun berdua bugil seperti bayi baru lahir. Dia berjongkok di hadapanku dan mengangkat kedua kakiku. Ternyata dia ingin menciumi dan menjilati memek dan itilku. “Ssssshhhhhh …. Yahhhhhhhhhh ….. Itilnya, Pak ……… Itilnya ………… Yahhhhhh ……. Ohhhhhhhhhhhh ………” kataku sambil terus mendesis menikmati setiap sapuan lidahnya di itilku.

Setelah memekku benar-benar basah, Pak Kusrin duduk di salah satu kursi batu dan meminta aku duduk di pangkuannya. Dengan mudah kontolnya masuk ke memekku ketika aku menurunkan pantatku. Dengan bertumpu pada pundak Pak Kusrin aku bergerak naik turun sehingga kotol Pak Kusrin bergerak bebas keluar masuk memekku. Sebentar saja aku sudah tenggelam dalam kenikmatan birahi.

Aku terus mendesah dan mendesis. Ternyata Pak Kusrin sangat menyukai tingkahku setiap kali dia menyetubuhiku. Istrinya atau wanita lain yang sering dia setubuhi biasanya hanya diam saja menerima segala perlakuan Pak Kusrin. Desahan dan teriakanku membuatnya lebih bergairah. Sambil duduk seperti itu, itilku selalu bergesekan dengan jembut Pak Kusrin yang kasar setiap kali aku bergerak turun.

Setelah bermain dengan posisi duduk selama beberapa puluh menit, Pak Kusrin meminta aku rebah di meja batu besar dan dia pun menyodokkan kontolnya ke memekku sambil berdiri. Kedua kakiku dilipat ke atas dan ditopang oleh kedua tangannya. Dengan begitu, memekku menjadi menyembul ke atas dan lebih keras menjepit kotol Pak Kusrin. “Aaaaahhhhhh …… Ini baru enaaaaaakk ….” Kata Pak Kusrin sambil terus menggenjot pinggulnya. “Genjot yang kuat, Pak …. Ayo … dong ….” Kataku memberi semnagat. Satu tanganku menjulur ke bawah untuk meraih itilku sendiri. Sambil terus menikmati setiap tusukan kotol Pak Kusrin di lubang memekku, aku menggosok-gosok dan memilin-milin itilku. Sementara tangan yang satu lagi aku pergunakan untuk memilin-milin pentil buah dadaku.
Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Tanpa sadar mulutku terbuka lebar mendapatkan kenikmatan rangsangan itu. “Ahhhhhh … ahhhhhhh …. Ahhhhhh ….. ahhhhh ….” Keluar dari mulutku setiap kali Pak Kusrin menyodokkan kontolnya. “Kocok yang cepat, Pak … Lebih cepat, lebih cepat …. Tolong, Pak … Kocok lebih cepaaaattt ….. Aku sudah mau keluaaaarrrr ……Ahhhhhh ……” seperti yang sudah-sudah Pak Kusrin pun memenuhi permintaanku. Dia menarik dan mendorong kontolnya lebih cepat. Ergesekan kotol Pak Kusrin dan memekku mengeluarkan bunyi berdecak-decak.

Tubuh kami sudah bermandi keringat. Entah pada sodokan yang keberapa aku pun mencapai orgasme. “AAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …………… AHHHHHHHHHHHHHH …. AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH ….. EENNNNNNAAAAAKKKKKHHH !!!” teriakku. Kakiku kaku menjulur ke atas dan pahaku mengatup. kotol Pak Kusrin tak bisa lagi bergerak. kotol itu berdenyut-denyut di dalam memekku dan akhirnya menyemburkan cairan kental memenuhi rahimku. “AAAARRRRGGHHHHHH ……” Pak Kusrin pun berteriak sambil memancarkan cairan spermanya. “WATIIIII …. SAYA JUGA KELUARRRRR…”

Pak Kusrin tertunduk lemas sambil bertopang pada meja batu dengan kedua tangannya. Kedua kakiku kini menjuntai lemas. Namun Pak Kusrin sepertinya sengja tidak mencabut kontolnya dari memekku. Bahkan dia beberapa kali mendorongnya agar masuk lebih dalam. Ketika kontolnya sudah benar-benar lemas lunglai, barulah Pak Kusrin mencabutnya dan rebah disampingku.

“Wati, kamu tadi menjepit kotol saya sehingga saya tidak bisa mencabutnya. Air mani saya tumpah semua di dalam memek kamu. Apa kamu sengaja agar kamu hamil?” tanya Pak Kusrin. “Tenang Pak. Aku sudah pasang spiral . Kecil kemungkinannya aku hamil,” jawabku. “Ohhhh … sukurlah. Aku agak kaget tadi,” kata Pak Kusrin lega dan untuk pertama kalinya dia mencium keningku.

Setelah merenggut keperawananku dan menyetubuhiku berulang kali, inilah kali pertama Pak Kusrin menciumku. Aku memegang wajahnya dan membelainya. Entah siapa yang memulai, kami kemudian berpagutan. Kami berciuman dengan lembut dan tidak tergesa-gesa. Indah sekali … Lima menit kami berciuman. Lidah kami bertemu dan bergelut di dalam mulutku. Karena ciuman itu Pak Kusrin dan aku kembali terangsang.

Tangan Pak Kusrin kembali beraksi meremas payudaraku dan memainkan itilku secara bergantian. Sementara aku membelai dan mengocok kotol Pak Kusrin agar tegang kembali. Begitu kontolnya kembali tegang, aku mendorong Pak Kusrin agar rebah di atas meja batu dan aku naik ke atas tubuhnya.

Dengan sekali sentakan, kotol Pak Kusrin kembali masuk ke memekku yang masih basah oleh air maninya tadi. Dan kami pun terhanyut kembali dalam gelombang birahi Desahan dan teriakan kenikmatan kembali keluar dari mulut kami.

Sore itu, dua kali Pak Kusrin menumpahkan air maninya di dalam memekku dan dua kali pula aku menguyur kotol Pak Kusrin dengan cairan memekku ketika kami orgasme. Setelah puas, Pak Kusrin kembali berpakaian dan pamit pulang. Tak lupa dia menyelipkan beberapa lembar uang ratusan ribu di tanganku. Aku menerimanya. Aku butuh untuk pengobatan Abah, membayar listrik dan makan sehari-hari.

Aku sengaja tetap tinggal di taman belakang, rebahan di atas meja batu, telanjang bulat. Air mani Pak Kusrin menetes keluar dari memekku. Mungkin aku sempat terlelap di atas meja batu itu, karena begitu aku tersadar tubuhku sudah tertutup kain batik. Mungkin Mak yang menyellimuti aku tadi. Aku pun bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk memberihkan badanku dari keringatku dan keringat Pak Kusrin.

Setelah itu, aku masuk ke kamar dan rebahan di atas tempat tidur hanya berbalut daster. Aku mencoba memutar kembali rekaman persetubuhan kami tadi dalam benakku. Nikmat sekali …. Sejenak aku bisa melupakan semua kesulitan dan masalah yang membelit keluargaku. … Terima kasih, Tuhan…

Aku mendapat kabar dari Pak Jono tadi siang ketika dia membawakan satu kardus penuh berisi jamu-jamuan untuk wanita bahwa Pak Kusrin dan istrinya bertengkar hebat karena ada yang melaporkan “kegiatan” kami berdua di pinggir jalan tempo hari. Istri Pak Kusrin mengancam untuk mengajukan gugatan cerai, tapi Pak Kusrin cuma tersenyum saja mendengar ancaman itu. Aku sempat bingung ketika Pak Jono bilang terima kasih kepadaku. Ternyata setelah pertengkaran itu, istri Pak Kusrin sudah beberapa kali mengajak Pak Jono bersebadan.

“Saya sebenarnya berharap bisa ngewek sama Neng Wati, tapi itu kan gak mungkin. Tapi, dapat sering-sering ngewek sama Ibu saja saya sudah senang … Hehehehe … Buat selingan, Neng. Bosan juga sama yang di rumah,” kata Pak Jono.

Tadi sore Pak Kusrin datang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan seperti biasa. Kali ini dia tidak pakai basa-basi lagi. Begitu aku duduk di sampingnya di sofa, dia langsung menyergap aku dan kami pun berciuman. Selama beberapa puluh menit bibir dan lidah kami bertautan. Sementara itu tangan Pak Kusrin terus bergerilya di setiap bagian tubuhku. Baju kami pun stu per satu lepas dari badan kami, sehingga kami berdua benar-benar telanjang seperti bayi yang baru lahir.

Di sana, di atas sofa di ruang tamu, ketika sinar matahari sore masih menerangi ruangan itu, aku dan Pak Kusrin kembali terhanyut dalam panasnya gelora birahi. Tanpa mempedulikan bahwa kami dapat menjadi tontonan orang yang lewat di jalan depan rumah, kami terus bergelut di atas sofa yang kini mulai basah dengan keringat kami.

Pak Kusrin mendorong tubuhku hingga rebah di sofa. Kedua kakiku diangkatnya, lalu disangga dengan bahunya. Perlahan-lahan dia mengarahkan kontolnya ke memekku. Aku membantu membimbing ujung kotol Pak Kusrin agar tepat sasaran.

Sekali dorong, kotol Pak Kusrin pun menerobos masuk liang sanggamaku. Sambil memegang kedua betisku,Pak Kusrin mulai melakukan gerakan maju mundur sehingga kontolnya timbul tenggelam dalam memekku. Buah dadaku berguncang-guncang seirama dengan setiap sodokan kotol Pak Kusrin ke dalam memekku.

Aku meraih sebuah bantal sandaran sofa untuk menyangga kepalaku. Dengan posisi begitu, aku bisa melihat gerakan kotol Pak Kusrin yang keluar masuk memekku. Setiap kali Pak Kusrin mendorong masuk kontolnya, memekku menjadi agak kempot dan ketika kotol itu ditarik keluar, memekku menjadi agak gembung. Aku sangat terkesan dengan apa yang aku lihat di selangkanganku. Semua itu membuat aku semakin terangsang.

“Kamu suka melihatnya, Wati?” tanya Pak Kusrin sambil terus bergoyang. “Ahhhhhh ……Iya, Ahhhhhhhhh …….. tapi aku lebih suka rasanya. Ahhhhhh …. Yeahhhhh …. Sssssshhhh …. Yeahhhhh …. Ahhhhhhh ….” Jawabku di sela-sela desahan kenikmatan. Setelah sekitar sepuluh menit, kakiku terasa pegal. Pak Kusrin menekuk lututku sehingga sekarang pahaku bertumpu pada perut dan dadaku. Namun baru lima menit disodok dengan posisi seperti itu, gentian Pak Kusrin yang merasa pegal dan dia minta ganti posisi.

Aku menyuruhnya berbaring di sofa dengan kedua kaki lurus di atas sofa. Aku naik ke atas tubuhnya dan menancapkan kontolnya kembali ke memekku. Aku merasa seperti seorang koboi yang sedang menunggang kuda.
“Oooooohh … yeahhhhhhh …. Hussss …. Hussssss,” kakatu sambil bergaya seperti koboi. “Ya … Goyang terus, Wati …. Enak sekali …. Teruuuuuss ….” Ujar Pak Kusrin sambil menggapai buah dadaku dan meremasnya.

Aku terus menggerakkan pantatku naik turun sehingga kotol Pak Kusrin bisa terus bergesekan dengan dinding-dinding dalam memekku. Setiap gesekan memberi kami sensasi yang luar biasa dan tidak terbayang nikmatnya. Keringat semakin deras mengucur dari tubuh kami.

Aku mempercepat gerakkanku karena kau merasa sudah hampir mencapai klimaks. “Ahhhhh …. Ahhhhhh … Ahhhhhh ….. Aku sudah mau sampai, Pak …. Aahhhhh …. Ahhhh …” kataku. “Saya juga ..” kata Pak Kusrin sambil menggerakkan pantatnya sehingga gesekan antara memekku dan kontolnya semakin cepat. Tak lama kemudian puncak itu pun tercapai.

“YEEAAAAHHHHH…. AAAAAHHHHHHHHH …….AHHHHHHHHHHH,” kami pun berteriak bersamaan melepas semua rasa. Badanku mengejang dan menekuk ke belakang sehingga aku harus bertumpu pada kedua kaki Pak Kusrin yang juga menjadi kaku. Tubuhku bergetar hebat dan akhirnya aku tumbang dan rebah di atas dada Pak Kusrin. Nafas kami memburu cepat, secepat detakan jatung kami.

Kami berpelukan dan kembali berciuman selama beberapa menit. Tangan Pak Kusrin mengelus-elus punggungku sementara aku terus berbaring di atas badannya. Aku biarkan kotol Pak Kusrin tetap di dalam memekku walaupun kotol itu sudah tidak lagi tegang. Aku ingin lebih lama merasakan kehadiran kotol itu di memekku. Ketika akhirnya aku bangkit berdiri, air mani Pak Kusrin yang bercampur cairan dari memekku sendiri merembes keluar dan mengalir di sisi dalam kedua pahaku. Aku duduk di sofa dan aku biarkan cairan kami itu membasahi sofa.

Setelah berpakaian kembali, Pak Kusrin menghampiriku yang masih terduduk lemas di sofa dan telanjang bulat. Pak Kusrin mengecup keningku dan mengucapkan terima kasih atas kenikmatan yang baru saja dia dapatkan dari tubuhku. Sebelum melangkah keluar, Pak Kusrin seperti biasa mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompetnya. Kali ini uang itu dia gulung dan diselipkannya ke dalam memekku yang masih saja mengucurkan sisa-sia air maninya.

Setelah hilang lemasku, aku raih pakaianku yang terserak di lantai dan berjalan masuk menuju kamarku sambil tetap telanjang. Setelah melempar pakaianku ke atas tempat tidur, aku ambil selembar handuk. Aku keluar kamar dengan handuk di tangan menuju ke kamar mandi. Di ruang makan, aku bertemu Mak. Aku berikan uang pemberian Pak Kusrin yang telah basah terkena air mani dan cairan memekku tadi ke Mak. Hari ini, uang yang kami butuhkan untuk makan itu benar-benar keluar dari memekku ….




Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Pecah Perawan

Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Malmat4 - Nama saya James. Saya seorang mahasiswa di suatu universitas swasta yang cukup terkenal di Bandung. Suatu hari menjelang ujian akhir semester, saya diajak oleh adik kelasku untuk belajar bersama. Aku menerima saja, karena dari dulu semenjak ia masuk ke jurusanku, aku memang sudah ingin jadi pacarnya.

Parasnya cukup cantik, tubuhnya yang terawat dan ramping, dan tentunya kulit yang putih karena ia keturunan Cina. Laura namanya. Begitu Laura mengajakku, tentu saja kujawab, “Mau..” “Jam berapa?” tanyaku. “Jam 3 sore, di rumahku, jangan terlambat soalnya nanti nggak selesai belajarnya”, jawabnya. Wah, kesempatan nih, pikirku. Setahuku, ia tinggal berdua saja dengan pembantunya karena ayah dan ibunya yang sibuk mencari nafkah di luar pulau Jawa.

Pulang kuliah, aku langsung buru buru pulang, karena kulihat sudah jam 14:30 WIB. Dengan cepat kumasukkan buku yang seadanya akan di masukkan ke dalam tas, karena takut terlambat. Sesampainya di rumah Laura, aku langsung memencet bel yang ada di gerbang depan rumahnya, rumahnya tidak terlalu besar, tapi cukup nyaman kelihatannya. Sempat aku bertanya, kok rumahnya sepi banget. Kalau begitu berarti bonyoknya lagi pada pergi, jawabku dalam hati.

Tak lama setelah itu, Laura keluar membukakan pintu. Aku cukup kaget dengan penampilannya yang menarik, kali ini dia memakai kaos yang cukup ketat dan celana pendek ketat. Dia tersenyum lebar padaku, sambil mempersilakan aku masuk. Ketika masuk, aku merasakan rumahnya benar-benar sepi. “Langsung saja kita ke ruang tengah, yuk!” ajaknya.

Sesampainya di ruang tengah, aku langsung duduk di karpet karena tidak ada sofa. Ruang tengahnya didesain ala Jepang dengan meja Jepang yang pendek yang disertai rak majalah di bawahnya.

“Tunggu yah, aku mau mandi dulu”, katanya, “Habis keringatan abis senam nih!” Ternyata aku baru tahu kalau badannya bagus karena ia sering senam. “Kamu mulai aja dulu, nanti terangin ke aku yah”, katanya. “Kalo mau minum, ambil aja sendiri, soalnya pembantuku sedang sakit, dia lagi tiduran di kamarnya.”

Cukup lama aku belajar sambil menunggunya dan akhirnya aku bosan dan melihat-lihat majalah yang ada di bawah meja di depanku. Kulihat semuanya majalah wanita, mulai dari kawanku, kosmo, dan majalah wanita berbahasa jepang. Tanpa sengaja, ketika kulihat-lihat kutemukan sebuah majalah yang berisikan foto cowok bugil dengan otot-otot yang bagus di tengah majalah bahasa jepang itu.

Aku sempat kaget melihatnya. Bersamaan dengan itu, ia keluar dari kamar mandi yang letaknya di sudut kamar tengah di mana aku duduk. Dia keluar memakai kimono kain handuk putih. Karena keasyikan, aku tidak sadar kalau dia mendekatiku. Kupikir dia pasti masuk ke kamarnya untuk berpakaian terlebih dahulu. Aku sempat gugup, karena aku belum pernah didekati oleh wanita yang hanya menggunakan baju mandi, karena di rumahku tidak ada saudara perempuan, jadi aku merasa tidak biasa.

“Ih, kamu, disuruh belajar malah liat-liat yang aneh-aneh.”
“Ini mah nggak aneh atuh”, kataku, “Aku juga punya, dan badanku juga kayak gini loh!” bisikku sambil menunjuk ke salah satu model cowok di majalah tersebut.
Aku memang sudah ikutan fitness sejak kelas 2 SMU, tak heran kalau aku lebih terkenal karena badanku yang bagus dibanding kegantenganku.

“Ah, masa?” katanya, “Gua nggak percaya ah.”
“Kamu kok tahan sih liat-liat kaya beginian?” tanyaku.
“Mana ada yang tahan sih?” balasnya.

“Tadi lagi nunggu kamu datang ke sini saja aku sempet liat-liat dulu majalah itu lho! Jadi kamu tau kan, kenapa saya lama mandinya?” jawabnya sambil tersenyum mesum.
“Ihh, kamu ini!” balasku, “Ternyata suka juga ya sama yang gituan.”
“Iya dong, tapi, James katanya kalo maen langsung lebih enak ya dibanding masturbasi?” tanyanya. Saya sempat kaget ketika dia tanya hal yang begitu dalamnya.

“Kata kamu, kamu mirip ama yang di foto majalah itu, buktiin dong.”
Wah, kupikir ini cewek sudah horny banget. Aku sempat gugup untuk kedua kalinya, aku cuma bisa tersenyum.
“Iya sih katanya, tapi kan…”
Belum selesai aku bicara, dia langsung mencium bibirku.
“James, tau nggak kalo aku tuh sebetulnya udah senAng banget ama kamu semenjak aku ketemu kamu”, bisiknya sambil mencium bibirku. Aku kaget dan responku cuma bisa menerima saja, soalnya enak sih rasanya. Terus terang aku belum pernah dicium oleh cewek sampai seenak itu, dia benar-benar ahli.
Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Tanpa sadar, posisinya sudah berada di atas pangkuanku dengan paha yang menjepit perutku. Sambil menciuminya, kuraba raba pahanya dari atas ke bawah, dan dia mendesah, “Akh… enak sekali!” Kuteruskan aksiku sampai ke kemaluannya, kuraba klitorisnya, dan kugosok-gosok. Desahannya semakin keras, dan tiba-tiba dia berhenti. “Wah, kok berhenti?” aku bertanya dalam hatiku. Langsung saja kubisikkan padanya bahwa aku juga betul-betul menginginkannya jadi pacarku sejak awal bertemu. “Lalu mengapa kamu nggak bilang ama aku?” tanyanya. “Karena aku takut kalau perasaan kita berbeda”, jawabku. Dia sempat terdiam sejenak.

Langsung timbul pikiran kotorku. “Udah tanggung nih”, pikirku. Batang kemaluanku betul betul sudah bedenyut denyut sejak tadi. Langsung saja kubuka baju mandinya, dan kukulum dan kuhisap buah dadanya. Dia menerima saja, malah merasa keenakan, hal ini terlihat dari ekspresi wajahnya. Putingnya menjadi mengeras dan tak lama kemudian, dia mendesah, “Aakh…” saat kupegang liang kewanitaannya yang mulai basah.

Aku semakin terangsang, batang kemaluanku benar-benar sakit rasanya. “Sayang, boleh kan kalau aku menjilati lubang keramatmu?” Dia mengangguk tanda setuju. Langsung saja kujilati liang kewanitaannya terutama daerah klitorisnya. Lumayan lama aku menjilatinya sampai aku merasa mulutku kering sekali. Akhirnya dia mendesah panjang, “Aakhhh… aku mau keluar James…” Terlihat cairan putih keluar dari liang senggamanya, baunya amat merangsang dan rasanya jauh lebih merangsang lagi.

“James, maen beneran yuk?” ajaknya.
“Wah, gila juga nih cewek”, pikirku.
Karena batang kemaluanku sudah sakitnya bukan main, langsung saja aku iyakan. Lalu kubuka semua baju dan celanaku. Kubaringkan dia di lantai berkarpet, dan kulipat kakinya, kunaikkan ke bahuku, dan mulai kumasukkan batang kemaluanku yang sudah tegak itu. Sempit sekali, hampir tidak bisa jalan. Kutekan lebih keras. Dia menjerit kesakitan, “Stop James, sakit tau.” Aku tidak menghiraukannya dan terus menekan batang kemaluanku sampai rasanya kepala batang kemaluanku menabrak sesuatu. Lalu aku mulai memaju-mundurkan badanku ke depan dan ke belakang.

Laura mulai merasa enak, dia sudah tidak menjerit lagi.
“Tuh enak kan”, kataku.
“Iyah”, jawabnya, “Bener! enak sekali.. lebih cepet dong James.”
Kupercepat permainanku, dan dia mendesah, “Ah.. ah.. ah..” karena merasa nikmat. Lama juga aku mengocoknya.

Tak lama kemudian, “James.. aku mau keluar lagi.”
“Sama”, balasku.
“Sedikit lagi, James… Aakkhhh… enak sekali James”, bersamaan dengan itu, aku pun keluar dan kukeluarkan seluruh spermaku di dalam liang kewanitaannya. Batang kemaluanku terasa hangat dan nikmat bercampur jadi satu. Kutarik batang kemaluanku keluar dan kulihat tetesan darah di karpet. Aku sempat kaget, berarti dia masih perawan. Aku sempat merasa senang banget waktu itu.

Laura bangun dan dia kaget saat melihat batang kemaluanku yang cukup besar, panjang 15,5 cm diameter 3,5 cm. Langsung dia kulum batang kemaluanku, yang sudah mau tidur lagi. Begitu dikulum, batang kemaluanku berdiri lagi karena enaknya. Dia mainkan lidahnya di kepala batang kemaluanku dan menjilat seluruh bagian batang kemaluanku sampai masuk semua, sampai akhirnya aku merasa ada dorongan yang kuat pada batang kemaluanku dan, “Creeet.. creeet.. creet..” spermaku keluar, dia hisap dan sebagian muncrat ke wajahnya. “Hmmm.. enak sekali James”, terlihat ekspresi wajahnya yang senang.

Kami pun kelelahan, dan berbaring bersama di ruang tengah sambil berpelukan dan mengucapkan kata-kata sayang. Tanpa terasa waktu sudah jam 6 sore. Kami mandi bersama, dan setelah itu kami makan malam bersama. Aku disuruhnya menginap, karena malammya kita mau mempraktekkan jurus yang lain katanya. Aku mengiyakan saja. Lalu kutelepon ke rumah dan bilang bahwa aku malam ini mau menginap di rumah teman, aku tidak bilang itu rumah Laura, karena sudah pasti tidak boleh.

Begitu selesai, kita sempat tertawa bersama karena kita tidak belajar malah bermain seks. Tapi tidak masalah sekalian buat penyegaran menuju ujian. Dia balas dengan senyum. Karena kehabisan pembicaraan, akhirnya kami mulai terangsang lagi untuk berciuman. Kali ini aksinya lebih gila. Sambil berciuman kami saling membuka baju. 

Sampai tidak ada satu benang pun menempel di badan kita. Lalu di bicara, “James, kita ke kamarku yuk, biar lebih asyik.” Kugendong dia ke dalam kamarnya, dan kita lanjutkan lagi dengan berciuman. Tak lama kemudian kupegang liang kewanitaannya, sudah basah ternyata. Langsung saja kubalikkan badannya dan kumasukkan batang kemaluanku dari belakang. Kali tidak sulit. Dia mendesah enak ketika kumainkan batang kemaluanku di lubang senggamanya. Kumainkan terus sampai aku dan dia mau keluar.

“Akkhhh…” kami berdua sama-sama keluar, kukeluarkan spermaku di luar, karena takut dia hamil. Tenyata Laura belum puas, dia membaringkan tubuhku di kasurnya. Dia langsung berdiri di atas tubuhku dan mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang senggamanya. “Ahhhh.. ” desahnya, “Gini lebih enak James..”

Aku benar-benar lemas tapi karena permainannya yang begitu hebat, aku sampai lupa. Dia teruskan sampai spermaku keluar, cuma sedikit kali ini, tidak seperti sebelumnya. “James dikit lagi juga aku keluar”, bisiknya tertahan sambil menaik-turunkan tubuhnya di atas badanku. Akhirnya dia keluar juga. Batang kemaluanku terasa pegal sekali, badanku benar-benar lemas. Dia juga terlihat lemas sekali. Kami tertidur lelap sampai pagi di kasurnya sambil berpelukan dengan tidak berpakaian karena pakaian kami tertinggal di ruang tengah dan malas mengambilnya karena sudah capek.

Besok paginya, kami bangun bersama, mandi bersama, sarapan dan pergi ke kampus sama-sama. Semenjak itu kamipun sering belajar bersama, walaupun ujung-ujungnya berakhir di kasur airnya yang empuk. Tapi aku jarang menginap, karena takut orang tuaku curiga, ini cuma rahasia kita berdua.




Mendapatkan Keperawanan Adik Kelasku



Malmat4 - Sekitar lima bulanlalu aku bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga di keluarga Pak Umar. Aku bukan seorang yang menerima pelajaran yang tinggi, hanya lulusan SD saja di kampungku. Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi, akhirnya aku pergi ke kota jakarta, dan beruntung bisa memperoleh majikan yang baik dan bisa memperhatikan kesejahteraanku.

Ibu umar pernah berkata kepadaku bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu rumah tangga dirumahnya lantaran usiaku yang relatif masih muda. Beliau tak tega melihatku luntang-lantung di kota besar ini. “Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan wanita panggilan oleh para calo WTS yang tidak bertanggungjawab.” Itulah yang diucapkan beliau kepadaku.

Usiaku memang masih 18 tahun dan terkadang aku sadar bahwa aku memang lumayan cantik, berbeda dengan para gadis desa di kampungku. Pantas saja jika Ibu umar berkata begitu terhadapku.

Namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan anak majikanku Mas Anto terhadapku. Mas Anto adalah anak bungsu keluarga Bapak umar. Dia masih kuliah di semester 4, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga. Mas Anto baik dan sopan terhadapku, hingga aku jadi aga segan bila berada di dekatnya. Sepertinya ada sesuatu yang bergetar di hatiku.

Jika aku ke pasar, Mas Anto tak segan untuk mengantarkanku. Bahkan ketika naik mobil aku tidak diperbolehkan duduk di jok belakang, harus di sampingnya. Ahh.. Aku selalu jadi merasa tak Enak. Pernah suatu malam sekitar pukul 20.00, Mas anto hendak membikin mie instan di dapur, aku bergegas mengambil alih dengan alasan bahwa yang dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan kewajibanku untuk bisa melayani majikanku. Tetapi yang terjadi Mas Anto justru berkata kepadaku, “Nggak usah, Sarni. Biar aku saja, ngga apa-apa kok..”

“Nggak.. nggak apa-apa kok, Mas”, jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas.

Tiba-tiba Mas Anto menyentuh pundakku. Dengan lirih dia berucap, “Kamu sudah capek seharian bekerja, Sarni. Tidurlah, besok kamu harus bangun kan..”

Aku hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Mas Anto kemudian melanjutkan memasak. Namun aku tetap termangu di sudut dapur. Hingga kembali Mas Anto menegurku.

“Sarni, kenapa belum masuk ke kamarmu. Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit, yang repot kan kita juga. Sudahlah, aku bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie seperti ini.”

Belum juga habis ingatanku saat kami berdua sedang nonton televisi di ruang tengah, sedangkan Bapak dan Ibu Umar sedang tidak berada di rumah. Entah kenapa tiba-tiba Mas Anto memandangiku dengan lembut. Pandangannya membuatku jadi salah tingkah.

“Kamu cantik, Sarni.”
Aku cuma tersipu dan berucap,
“Teman-teman Mas Anto di kampus kan lebih cantik-cantik, apalagi mereka kan orang-orang kaya dan pandai.”
“Tapi kamu lain, Sarni. Pernah tidak kamu membayangkan jika suatu saat ada anak majikan mencintai pembantu rumah tangganya sendiri?”
“Ah.. Mas Anto ini ada-ada saja. Mana ada cerita seperti itu”, jawabku.
“Kalau kenyataannya ada, bagaimana?”
“Iya.. nggak tahu deh, Mas.”

Kata katanya itu yang hingga saat ini membuatku selalu gelisah. Apa benar yang dikatakan oleh Mas Anto bahwa ia mencintaiku? Bukankah dia anak majikanku yang tentunya orang kaya dan terhormat, sedangkan aku cuma seorang pembantu rumah tangga? Ah, pertanyaan itu selalu terbayang di pikiranku.

Tibalah aku memasuki bulan ke tujuh masa kerjaku. Sore ini cuaca memang sedang hujan meski tak seberapa lebat. Mobil Mas Anto memasuki garasi. Kulihat pemuda ini berlari menuju teras rumah. Aku bergegas menghampirinya dengan membawa handuk untuk menyeka tubuhnya.

“Bapak belum pulang?” tanyanya padaku.
“Belum, Mas.”
“Ibu.. pergi..?”
“Ke rumah Bude Mami, begitu ibu bilang.”

Mas Anto yang sedang duduk di sofa ruang tengah kulihat masih tak berhenti menyeka kepalanya sembari membuka bajunya yang rada basah. Aku yang telah menyiapkan segelas kopi susu panas menghampirinya. Saat aku hampir meninggalkan ruang tengah, kudengar Mas anto memanggilku. Kembali aku menghampirinya.

“Kamu tiba-tiba membikinkan aku minuman hangat, padahal aku tidak menyuruhmu kan”, ucap Mas Anto sembari bangkit dari tempat duduknya.
“Santi, aku mau bilang bahwa aku menyukaimu.”
“Maksud Mas Apa bagaimana?”

“Apa aku perlu jelaskan?” sahut Mas Anto padaku.

Tanpa sadar aku kini berhadap-hadapan dengan Mas Anto dengan jarak yang sangat dekat, bahkan bisa dikatakan terlampau dekat. Mas Anto meraih kedua tanganku untuk digenggamnya, dengan sedikit tarikan yang dilakukannya maka tubuhku telah dalam posisi sedikit terangkat merapat di tubuhnya. Sudah pasti dan otomatis pula aku semakin dapat menikmati wajah ganteng yang rada basah akibat guyuran hujan tadi. Demikian pula Mas Anto yang semakin dapat pula menikmati wajah bulatku yang dihiasi bulatnya bola mataku dan mungilnya hidungku.

Kami berdua tak bisa berkata-kata lagi, hanya saling melempar pandang dengan dalam tanpa tahu rasa masing-masing dalam hati. Tiba-tiba entah karena dorongan rasa yang seperti apa dan bagaimana bibir Mas Anto menciumi setiap lekuk mukaku yang segera setelah sampai pada bagian bibirku, aku membalas pagutan ciumannya. Kurasakan tangan MasAnto merambah naik ke arah dadaku, pada bagian gumpalan dadaku tangannya meremas lembut yang membuatku tanpa sadar mendesah dan bahkan menjerit lembut.

Sampai disini begitu campur aduk perasaanku, aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan takut yang entah bagaimana aku harus melawannya. Namun campuran rasa yang demikian ini segera terhapus oleh rasa nikmat yang mulai bisa menikmatinya, aku terus melayani dan membalas setiap ciuman bibirnya yang di arahkan pada bibirku berikut setiap lekuk yang ada di bagian dadaku. Aku semakin tak kuat menahan rasa, aku menggelinjang kecil menahan desakan dan gelora yang semakin memanas.

Ia mulai melepas satu demi satu kancing baju yang kukenakan, sampailah aku telanjang dada hingga buah dada yang begitu ranum menonjol dan memperlihatkan diri pada Mas Anto. Semakin saja Mas Anto memainkan bibirnya pada ujung buah dadaku, dikulumnya, diciuminya, bahkan ia menggigitnya. Golak dan getaran yang tak pernah kurasa sebelumnya, aku kini melayang, terbang, aku ingin menikmati langkah berikutnya, aku merasakan sebuah kenikmatan tanpa batas untuk saat ini.

Aku telah mencoba untuk memerangi gejolak yang meletup bak gunung yang akan memuntahkan isi kawahnya. Namun suara hujan yang kian menderas, serta situasi rumah yang hanya tinggal kami berdua, serta bisik goda yang aku tak tahu darimana datangnya, kesemua itu membuat kami berdua semakin larut dalam permainan cinta ini. Pagutan dan rabaan Mas Anto ke seluruh tubuhku, membuatku pasrah dalam rintihan kenikmatan yang kurasakan. Tangan Mas Anto mulai mereteli pakaian yang dikenakan, iapun telanjang bulat kini.

Aku tak tahan lagi, segera ia menarik dengan keras celana dalam yang kukenakan. Tangannya terus saja menggerayangi sekujur tubuhku. Kemudian pada saat tertentu tangannya membimbing tanganku untuk menuju tempat yang diharapkan, dibagian bawah tubuhnya. Mas Anto dan terdengar merintih.

Buah dadaku yang mungil dan padat tak pernah lepas dari remasan tangan Mas Anto. Sementara tubuhku yang telah telentang di bawah tubuh Mas Anto menggeliat-liat seperti cacing kepanasan. Hingga lenguhan di antara kami mulai terdengar sebagai tanda permainan ini telah usai. Keringat ada di sana-sini sementara pakaian kami terlihat berserakan dimana-mana. Ruang tengah ini menjadi begitu berantakan terlebih sofa tempat kami bermain cinta denga penuh gejolak.

Ketika senja mulai datang, usailah pertempuran nafsuku dengan nafsu Mas Anto. Kami duduk di sofa, tempat kami tadi melakukan sebuah permainan cinta, dengan rasa sesal yang masing-masing berkecamuk dalam hati. “Aku tidak akan mempermainkan kamu, Sarni. Aku lakukan ini karena aku mencintai kamu. Aku sungguh-sungguh, Sarni. Kamu mau mencintaiku kan..?” Aku terdiam tak mampu menjawab sepatah katapun.

Mas Anto menyeka butiran air bening di sudut mataku, lalu mencium pipiku. Seolah dia menyatakan bahwa hasrat hatinya padaku adalah kejujuran cintanya, dan akan mampu membuatku yakin akan ketulusannya. Meski aku tetap bertanya dalam sesalku, “Mungkinkah Mas Anto akan sanggup menikahiku yang hanya seorang pembantu rumahtangga?”

Sekitar pukul 19.30 malam, barulah rumah ini tak berbeda dengan waktu-waktu kemarin. Bapak dan Ibu umar seperti biasanya tengah menikmati tayangan acara televisi, dan Mas Anto mendekam di kamarnya. Yah, seolah tak ada peristiwa apa-apa yang pernah terjadi di ruang tengah itu.

Sejak permainan cinta yang penuh nafsu itu kulakukan dengan Mas Anto, waktu yang berjalanpun tak terasa telah memaksa kami untuk terus bisa mengulangi lagi nikmat dan indahnya permainan cinta tersebut. Dan yang pasti aku menjadi seorang yang harus bisa menuruti kemauan nafsu yang ada dalam diri. Tak peduli lagi siang atau malam, di sofa ataupun di dapur, asalkan keadaan rumah lagi sepi, kami selalu tenggelam hanyut dalam permainan cinta denga gejolak nafsu birahi.

Selalu saja setiap kali aku membayangkan sebuah gaya dalam permainan cinta, tiba-tiba nafsuku bergejolak ingin segera saja rasanya melakukan gaya yang sedang melintas dalam benakku tersebut. Kadang aku pun melakukannya sendiri di kamar dengan membayangkan wajah Mas Anto. Bahkan ketika di rumah sedang ada Ibu umar namun tiba-tiba nafsuku bergejolak, aku masuk kamar mandi dan memberi isyarat pada Mas Anto untuk menyusulnya.

Untung kamar mandi bagi pembantu di keluarga ini letaknya ada di belakang jauh dari jangkauan tuan rumah. Aku melakukannya di sana dengan penuh gejolak di bawah guyuran air mandi, dengan lumuran busa sabun di sana-sini yang rasanya membuatku semakin saja menikmati sebuah rasa tanpa batas tentang kenikmatan.

Walau setiap kali usai melakukan hal itu dengan Mas Anto, aku selalu dihantui oleh sebuah pertanyaan yang itu-itu lagi dan dengan mudah mengusik benakku: “Bagaimana jika aku hamil nanti? Bagaimana jika Mas Anto malu mengakuinya, apakah keluarga Bapak Umar mau merestui kami berdua untuk menikah sekaligus sudi menerimaku sebagai menantu?

Ataukah aku bakal di usir dari rumah ini? Atau juga pasti aku disuruh untuk menggugurkan kandungan ini?” Ah.. pertanyaan ini benar-benar membuatku seolah gila dan ingin menjerit sekeras mungkin. Apalagi Mas Anto selama ini hanya berucap: “Aku mencintaimu, Sarni.” Seribu juta kalipun kata itu terlontar dari mulut Mas Anto, tidak akan berarti apa-apa jika Mas Anto tetap diam tak berterus terang dengan keluarganya atas apa yang telah terjadi dengan kami berdua.

Akhirnya terjadilah apa yang selama ini kutakutkan, bahwa aku mulai sering mual dan muntah, yah.. aku hamil! Mas Anto mulai gugup dan panik atas kejadian ini.

“Kenapa kamu bisa hamil sih?” Aku hanya diam tak menjawab.
“Bukankah aku sudah memberimu pil supaya kamu nggak hamil. Kalau begini kita yang repot juga..”
“Kenapa mesti repot Mas? Bukankah Mas Anto sudah berjanji akan menikahi Sarni?”
“Iya.. iya.. tapi tidak secepat ini Santi. Aku masih mencintaimu, dan aku pasti akan menikahimu, dan aku pasti akan menikahimu. Tetapi bukan sekarang. Aku butuh waktu yang tepat untuk bicara dengan Bapak dan Ibu bahwa aku mencintaimu..”

Yah.. setiap kali aku mengeluh soal perutku yang kian bertambah usianya dari hari ke hari dan berganti dengan minggu, Mas Anto selalu kebingungan sendiri dan tak pernah mendapatkan jalan keluar. Aku jadi semakin terpojok oleh kondisi dalam rahim yang tentunya kian membesar.

Genap pada usia tiga bulan kehamilanku, keteguhkan hatiku untuk melangkahkan kaki pergi dari rumah keluarga Bapak umar. Kutinggalkan semua kenangan duka maupun suka yang selama ini kuperoleh di rumah ini. Aku tidak akan menyalahkan Mas Anto. Ini semua salahku yang tak mampu menjaga kekuatan dinding imanku.

Subuh pagi ini aku meninggalkan rumah ini tanpa pamit, setelah kusiapkan sarapan dan sepucuk surat di meja makan yang isinya bahwa aku pergi karena merasa bersalah terhadap keluarga Bapak Umar.

Hampir setahun setelah kepergianku dari keluarga Bapak umar, Aku kini telah menikmati kehidupanku sendiri yang tak selayaknya aku jalani, namun aku bahagia. Hingga pada suatu pagi aku membaca surat pembaca di tabloid terkenal. Surat itu isinya bahwa seorang pemuda Anto mencari dan mengharapkan isterinya yang bernama Sarni untuk segera pulang. Pemuda itu tampak sekali berharap bisa bertemu lagi dengan si calon isterinya karena dia begitu mencintainya.

Aku tahu dan mengerti benar siapa calon isterinya. Namun aku sudah tidak ingin lagi dan pula aku tidak pantas untuk berada di rumah itu lagi, rumah tempat tinggal pemuda bernama Anto itu. Aku sudah tenggelam dalam kubangan ini. Andai saja Mas Anto suka pergi ke lokalisasi, tentu dia tidak perlu harus menulis surat pembaca itu. Mas Anto pasti akan menemukan calon istrinya yang sangat dicintainya. Agar Mas Anto pun mengerti bahwa hingga kini aku masih merindukan kehangatan cintanya. Cinta yang pertama dan terakhir bagiku.

Ngeseks Sama Pembantu

Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Malmat4 - Namaku Hesty. Bisa dibilang aku ini seorang yang maniak sex. Fantasiku untuk melakukan sex di luar pernikahan sangatlah liar. Awal aku mengenal sex bebas itu karena pacarku waktu itu. Kami masih duduk di bangku SMA dan dia mengajak aku untuk petting di toilet sekolah.

Rasanya sungguh nikmat sampai akhirnya kami jadi sering melakukan sex bebas dimanapun kami merasa aman untuk melakukannya. Sekarang kamu sudah tidak bersama lagi. Ternyata pacarku menghamili wanita lain dan tidak lama lagi akan segera menikah.

Terjadi sekitar 1 bulan yang lalu saat aku mengikuti tour ke luar kota. Aku memilih untuk duduk di baris ke dua di belakang sopir, namanya Guntur. Tubuhnya gelap layaknya sopir pada umumnya, perutnya cukup buncit dan mukanya sedikit berewokan. Aku Saat itu aku menggunakan pakaian yang kebesaran dengan celana hotpans jeans sehingga terlihat seperti tidak menggunakan celana. Selama perjalanan, aku mendapati Pa Guntur menatapku dari kaca spion mobil. Aku membalasnya dengan senyum.

Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Semua peserta tour turun dari bus dan aku turun di urutan terakhir. Lagi lagi kulihat Pa Guntur menatapku dari kaca spion. Aku cukup risih dibuatnya. Setelah turun dari bus, panitia pun memberikan  sedikit pengumuman. Aku sibuk mengibas ngibas bajuku karena kepanasan menghiraukan pandangan orang lain terhadapku. Aku pun sadar Pa Guntur ternyata menatapku dari dalam bus. Aku berusaha mengabaikan.

Saat acara tour sudah berlangsung, aku merasa bosan dan mengantuk. Aku berusaha kabur dari keramaian dan menuju ke dalam bus. Aku melihat Pa Guntur sedang tidur, saat pintu bus kubuka Pa Guntur terbangun dan melihat aku naik ke dalam bus. Pikiranku langsung menjadi nakal, ingin mengerjai Pa Guntur. Dengan berpura pura menjatuhkan barang dan membungkuk tepat mengarah ke mukanya. Dengan pakaianku yang kebesaran, paakaian dalamku terlihat jelas saat membungkuk. Aku melihat Pa Guntur berusaha menelan ludah melihatnya.

“Ada yang ketinggalan ya?” tanya Pa Guntur berusaha menyembunyikan kegugupannya.
“Enga kok Pa, acaranya bosen dan bikin ngantuk. Jadi mendingan kabur aja ke bus, mau numpang tidur.” jawabku sambil mengedipkan sebelah mata pada Pa Guntur.

Aku duduk di tempatku dan menutup kaca dengan kain gorden karena silau. Kursiku kuturunkan ke belakang agar enak untuk aku tidur, kedua kakiku kunaikan. Paha mulusku terlihat jelas, Pa Guntur memperhatikanku lewat kaca spion. Aku tersenyum nakal padanya lalu memejamkan mata. Aku tidak benar-benar tidur, karena aku tau ada Pa Guntur bersamaku di dalam bus.

Kudengar Pa Guntur berusaha menutup kain gorden di sekitar tempat dudukku. Aku sepertinya tau maksudnya, dan aku berusaha menyingkapkan baju kebesaranku sehingga pakaian dalamku yang berwarna merah terlihat jelas. Aku merasakan Pa Guntur mendekatiku,jantungku berdegup dengan kencang dibuatnya.

Aku membuka mata, Pa Guntur terlihat kaget mendapati aku terbangun. Dengan cepat Pa Guntur menciumku dengan buas dan memegang kedua tanganku dengan kuat. Aku tidak berontak. Kunikmati lumatan bibirnya yang kasar. Pa Guntur mulai mengendurkan pegangannya dan beranjak memegang kedua buah dadaku. Aku melepaskan ciumannya,menatapnya dan berdesah nikmat.

“ough”. Pa Guntur semakin bernafsu mendengarnya,meremas buah dadaku lebih keras.

Aku kembali berdesah dengan lebih keras sehingga Pa Guntur kembali menciumku dengan penuh nafsu. Tali Bhku dilepaskannya dan mulutnya mulai menyusuri leherku lalu ke buah dadaku. Aku merasakan kenikmatan, Pa Guntur menjilati putingku dan membuat bagian bawahku menjadi lembab. Kuarahkan tangannya ke celanaku dan dengan senang hati Pa Guntur meraba memekku dari luar.

Tanpa basa-basi, Pa Guntur membuka celana hotpansku. Ia cukup terkejut melihat celana dalamku yang berenda, sehingga dalamnya sudah langsung terlihat jelas olehnya. Ia kembali melumat buat dadaku sambil tangannya meremas-remas memekku.

“oughh, sungguh nikmatnya”

Pa Guntur meneruskan jilatannya ke bagian perutku, lalu membuka celana dalamku. Dijilatinya memekku dengan penuh nafsu. Aku semakin tidak karuan, tanaganku tanpa sadar meremas-remas rambutnya. Aku hampir mencapai orgasme dibuatnya.

“oughh, aku sampai sayang!!” bisikku lemas.

Pa Guntur berusaha menarik kepalaku dan mengarahkan tanganku ke bagian celananya yang terlihat sudah penuh sesak. Aku merabanya dari luar, dengan tidak sabar, Pa Guntur membuka celananya sendiri dan mengeluarkan kontolnya yang sudah mengaceng. Cukup besar dan panjang. Aku menolak ketika Pa Guntur memintaku untuk menjilati kontolnya.

Aku hanya tersenyum nakal sambil menyodori selakanganku ke arah kontolnya. Ia mengerti apa yang aku mau sehingga tanpa pikir panjang, Pa Guntur berusaha memasukkan kontolnya ke memekku.

“jlebb” aku mengerang cukup keras, merasakan kenikmatan yang dilakukan Pa Guntur.

Ia berusaha memasukkan kontolnya sedikit demi sedikit dan ketika sudah hampir masuk semua, Pa Guntur menekankan kontolnya kuat-kuat sehingga membuatku semakin tidak karuan. Aku berusaha membuat Pa Guntur bermain cepat denganku karena aku takut ada orang yang melihat kami. Aku merangsang Pa Guntur dengan menjulurkan lidahku untuk menggodanya.

Tangannya meremas-remas payudaraku, memainkan putingku dan aku tak kuat dengan permainannya ini. Aku meminta ia duduk dan dengan cepat aku duduk di pangkuannya,mengarahkan memekku ke kontolnya yang berdiri tegak dan

‘blesss”. Pa Guntur menciumku dengan nafsu. Kugoyangkan dan kunaik turunkan pantatku,kali ini aku yang membuatnya tak karuan.
Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Pa Guntur kembali melumat payudaraku dan aku meremas-remas rambutnya. Ku rasakan aku hampir sampai. Aku mengelijang hebat ketika Pa Guntur menggigit kecil putingku. Pa Guntur mempercepat genjotannya sambil menciumku yang rasanya ingin berteriak karena nikmat. Kulihat Pa Guntur hampir mencapai klimaks dan aku berusaha melepaskan kontolnya dari dalam memekku. Kucium bibirnya sambil kukocok kontolnya. Kuambil tissue dari dalam tasku agar muncratan air mmaninya tidak kemana-mana.

“ouhhh,ouhhh” bibirnya kembali melumat bibirku dengan nafsu.

Setelah dirasa semua air maninya keluar, aku kembali menggunakan pakaian dalamku dan celana hotpansku. Pa Guntur mengucapkan terima kasih padaku sambil tangannya kembali meremas buah dadaku. Aku bergegas turun dari bus dan mencari toilet untuk membersihkan memekku dari genjotan Pa Guntur.



Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Ngewe Sama Supir Oh Nikmatnya

Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,


Malmat4 - Bi Eha sudah cukup lama menjadi pembantu di rumah Tuan Hartono. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. Bi Eha merasa kerasan karena keluarga Tuan Hartono cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bi Eha sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Hartono, yang dianggapnya terlalu berlebihan.

Namun ia tak begitu memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin, iapun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan hari tua. Perkara kelakuan Tuan Hartono yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula.

Walaupun orang kampung, Bi Eha tergolong wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan Tuan Hartono sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak tergolong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan hartono saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika.

Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi Eha janda yang sudah lama ditinggal suami masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam penjaga rumah.

Perselingkuhannya dengan Kang Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Hartono yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Eha merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.

Malam itu, Bi Eha kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu.

Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Hartono dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Hartono tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Hartono yang memiliki ’senjata’ dahsyat.

Bayangan batang kontol Tuan Hartono yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Eha nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah.

Kalau ketahuan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Eha hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.

Dalam mimpinya Bi Eha merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Hartono. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Eha mengigau sambil membusungkan dadanya.

“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”

Kedua tangan Bi Eha memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Eha terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.

Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Hartono yang sedang mencumbuinya.

Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang?

Bi Eha langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Hartono akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Hartono?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Andre, putra tunggal majikannya yang masih berumur 15 tahunan!?

“Den Andre?!” pekiknya sambil menahan suaranya.

“Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Andre yang merah padam.

Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.

“Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Andre..” katanya dengan suara memelas.

Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi Eha.

“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.

“Andre.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman..” katanya menjelaskan.

“Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh.. Andre nggak tahan..” katanya kemudian.

“Oohh.. Den Andre.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Bi Eha.

“Andre tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab Andre ragu-ragu.

“Tapi kenapa?” Tanya Bi Eha penasaran

“Andre pengen kayak Kang Ujang..” jawabnya kemudian.

Kepala Bi Eha bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Andre. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?

“Kenapa Den Andre pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.

“Andre sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu..”

“Anu apa?” desak Bi Eha makin penasaran.

“Andre suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Eha yang sudah terbuka lebar.

Andre melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bi Eha dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Eha dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.

“Boleh kan Bi?” kata Andre kemudian.

“Boleh apa?” sentak Bi Eha mulai sewot.

“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Andre tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Eha.

“Den Andre jangan kurang ajar begitu sama perempuan.., ” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”

“Kok Kang Ujang boleh? Nanti Andre bilangin lho..” kata Andre mengancam.

“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. .” kata Bi Eha panik.

“Kalau gitu boleh dong Andre?”

Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Eha berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Bi Eha lalu tersenyum kepada Andre seraya meraih tangannya.

“Den Andre mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Andre ke atas buah dadanya.

“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.

Andre meremas kedua bukit kembar milik Bi Eha dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana Den.. enak nggak?” Tanya Bi Eha sambil melirik wajah anak itu.

“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bi Eha.

Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?
Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Setelah berpikiran seperti itu, Bi Eha menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Eha jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu.

Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Hartono, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang kontolnya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.

Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Andre mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bi Eha yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.

“Sakit Bi?” tanyanya.

“Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”

Andre mengikuti semua perintah Bi Eha. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Andre dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.

Bi Eha terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Andre satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Bi Eha seraya melayang dengan cumbuan ini.

Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Andre di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bi Eha mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bi Eha memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. “Tidak bebas”, katanya.

Andre terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bi Eha.

“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!”

Andre semangat mendengar erangan Bi Eha yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bi Eha. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi Eha melenguh. Andre meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Andre mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.

“Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Andre pinter!” desah Bi Eha mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.

Sambil terus menyuruh Andre berbuat ini dan itu. Tangan Bi Eha mulai menggerayang ke tubuh Andre. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.

“Mmmpphh..”, desah Bi Eha begitu merasakan batang kontol anak itu sudah keras seperti baja.

Ia melirik ke bawah dan melihat batang Andre mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Eha mengocok perlahan batang itu. Andre melenguh keenakan.

“Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh! ” pekik Andre perlahan.

Bi Eha tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bi Eha semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang mem*knya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Bi Eha merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.

Andre terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bi Eha yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Andre menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Eha kesakitan.

“Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya demikian polos.

“Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Andre,” demikian kata Bi Eha seraya menciumi wajah tampan anak itu.

Dengan penuh nafsu, bibir Andre dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Andre senang melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.

“Aduh Den.. enak sekali. Den Andre pinter.. uugghh!” erang Bi Eha kenikmatan.

Bi Eha benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Andre masih perjaka tulen. Bi Eha semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka.

Lalu ia mendorong tubuh Andre hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di sekitar kemaluan Andre. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu.

Tubuh Andre berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bi Eha mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur batang kemaluannya. Andre merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Andre merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bi Eha rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Andre sehingga tidak langsung menyembur.

“Akh Bi.. kenapa?” Tanya Andre bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.

“Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Andre.

Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bi Eha mengarahkan batang kontol Andre persis ke arah liang mem*knya. Perlahan-lahan tubuh Bi Eha turun sambil memegang kontol Andre yang sudah mulai masuk.

“Uugghh.. enak nggak Den?”

“Aduuhh.. Bi Eha.. sedaapphh..! ” pekiknya.

Andre merasakan batang kontolnya seperti disedot liang mem*k Bi Eha. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Bi Eha tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan kontol Andre.

“Auugghh Deenn..uueennaakk! ” jerit Bi Eha seperti kesetanan.

“Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”

Andre mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.

“Bi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.

“Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.

Andre mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang mem*k Bi Eha dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Bi Eha erat-erat, Andre menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.

“Crot.. croott.. crott!”

“Aaakkhh..” Bi Eha juga mengalami orgasme.

Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Andre.

“Ooohh.. Deenn.. hebat sekali..”

Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Bi Eha mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andre.

“Gimana Den. Enak khan?”

“Iya Bi, enak sekali,” jawab Andre seraya memeluk Bi Eha.

Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bi Eha yang menggelantung persis di depan mukanya.

“Ih Aden nakal,” katanya semakin genit.

Tangan Bi Eha kembali merayap ke arah batang kontol Andre yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.

“Bibi isep lagi ya Den?”

Andre hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bi Eha ketika mengulum kontolnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar Bi Eha dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.


Cerita Sex Selingkuh,Cerita Sex Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Ngentot Tante,Cerita Sex Brondong,Cerita Mesum Tante,Cerita Bokep Selingkuh,Cerita Dewasa,Judi Online,Main Judi Bola,Poker Indonesia,IDN Poker,Ceme Online,DominoQQ IDN,Capsa Online,Bandar Judi Online, Aplikasi Penghasil Duit,Cara Gampang Dapat Duit, hokipoker, genjipoker, genjisport, cari uang dengan cepat,

Pembantu Yang Selalu Ingin Merasakan Kenikmatan